Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) diproyeksi lebih baik di tahun 2025. Pulihnya harga kertas dan pembangunan pabrik baru menjadi penyokong kinerja emiten produsen kertas dan kemasan ini.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty memandang, prospek kinerja INKP tahun 2025 akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari kondisi industri kertas global maupun dinamika internal perusahaan.
Arinda menyebutkan, potensi pertumbuhan kinerja emiten kertas seperti INKP yakni dari pemulihan ekonomi global khususnya permintaan yang meningkat dari Tiongkok. Permintaan produk kertas yang meningkat diharapkan mendukung kinerja INKP.
Di samping itu, meningkatnya harga bahan baku kertas terutama kraft pulp berpotensi meningkatkan profitabilitas INKP sebagai perusahaan di industri kertas. INKP sendiri merupakan produsen kertas di bawah Sinarmas Group.
Terlebih lagi, INKP berencana mengoperasikan pabrik baru pada kuartal II-2025 untuk memproduksi kertas industri berwarna putih. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap harga pulp global, serta meningkatkan margin keuntungan dengan produksi yang lebih terintegrasi.
‘’Peluang utama bagi INKP mencakup peningkatan permintaan global, terutama di sektor kemasan dan kertas industri, serta diversifikasi produk melalui ekspansi pabrik baru,’’ ujar Arinda kepada Kontan.co.id, Senin (3/2).
Baca Juga: Fokus Kembangkan Produk Hilir, Cek Rekomendasi Saham Indah Kiat Pulp & Paper (INKP)
INKP juga berpeluang mencetak keuntungan dari selisih nilai tukar. Dengan penjualan ekspor menyumbang US$ 1,32 miliar atau 54,62% di kuartal ketiga 2024, INKP berpotensi mengantongi kinerja lebih positif.
Arinda menjelaskan, industri pulp dan kertas di Indonesia memiliki kontribusi besar terhadap ekspor nasional, dengan nilai mencapai US$ 8,28 miliar pada tahun 2023. Sebagai salah satu eksportir utama, INKP berpotensi mendapatkan keuntungan dari penguatan dolar AS, karena pendapatan dalam mata uang asing akan meningkat ketika dikonversi ke rupiah.
Namun, perlu diantisipasi tantangan yang mungkin dihadapi meliputi fluktuasi harga bahan baku, ketidakpastian permintaan global, serta risiko tata kelola perusahaan yang dapat memengaruhi kepercayaan investor.
Tim riset Sinarmas Sekuritas memaparkan bahwa industri pulp (bahan baku kertas) mengalami volatilitas signifikan pada tahun 2024. Harga kertas yang kuat pada semester pertama telah turun tajam di semester kedua karena permintaan yang lemah, peningkatan persediaan, dan peluncuran kapasitas baru yang substansial.
Pabrik kertas, khususnya di segmen papan kontainer, beroperasi pada tingkat utilisasi yang rendah secara historis sebesar 77%, tertekan oleh penurunan harga kertas dan biaya energi yang tinggi.
Penambahan kapasitas bleached hardwood kraft pulp (BHKP) sebesar 3,4 MTPA dari Proyek Cerrado milik Suzano di Brasil dan Fujian Liansheng di China memperburuk kekhawatiran kelebihan pasokan, yang menyebabkan rekor tingkat persediaan.
Sementara itu, produsen Brasil memanfaatkan Real Brasil (BRL) yang lebih lemah untuk memperluas pangsa pasar dengan menurunkan harga, yang mengintensifkan tekanan persaingan. Pembeli juga menunda pembelian, dengan harapan harga akan turun lebih lanjut, terutama karena Suzano meningkatkan produksi ke kapasitas standar pada awal tahun 2025.
Melihat ke depan, Sinarmas Sekuritas mengantisipasi harga pulp akan stabil setelah kuartal I-2025, didukung oleh rasionalisasi pasokan di antara produsen berbiaya tinggi dan pemulihan harga kertas hilir.
Harga pasar BHKP atau bubur kertas yang terbuat dari kayu keras yang diputihkan diproyeksi sebesar US$ 560 per ton sebagai harga dasar. Sebab, level apa pun di bawah proyeksi ini akan membuat sekitar 2,9 MTPA kapasitas BHKP tidak menguntungkan, yang memaksa pemangkasan produksi.
‘’Selain itu, rebound harga kertas dan kemasan didorong oleh permintaan musiman dan penimbunan stok AS menjelang tarif impor, kemungkinan akan mendukung permintaan pulp,’’ ungkap Sinarmas Sekuritas dalam riset 13 Januari 2025.
Baca Juga: Tiga Saham Masuk ke Indeks IDX80 Mulai 3 Februari 2025, Ini Daftar Lengkapnya
Di lain sisi, kelebihan kapasitas dalam industri kertas Tiongkok tetap menjadi masalah struktural. Namun kerugian besar dan pemangkasan produksi Shandong Chenming dapat memperketat pasokan, menawarkan peluang harga bagi produsen yang lebih efisien. Dinamika ini menunjukkan bahwa tantangan jangka pendek tetap ada, pasar mungkin melihat peningkatan bertahap dalam jangka menengah.
INKP sendiri gagal memenuhi ekspektasi dengan laba bersih tercatat koreksi 30% YoY menjadi US$226 juta selama periode Januari – September 2024. Tim riset Sinarmas Sekuritas mencermati, tergerusnya laba INKP karena kerugian valuta asing, serta permintaan yang lebih lemah dan kontraksi margin.
Sejalan dengan pertumbuhan industri, INKP diharapkan pulih dengan perkiraan total volume penjualan tumbuh 14% pada 2025. Penjualan INKP akan didukung pulihnya permintaan pulp dan lonjakan volume kertas industri berkat penambahan kapasitas baru.
Meskipun harga jual rata-rata (ASP) diperkirakan menurun -5% YoY, laba inti diperkirakan naik moderat sebesar 6% YoY menjadi US$ 374 juta pada 2025. Pertumbuhan volume produksi akan mengimbangi tekanan margin.
Secara historis, harga pulp yang rendah cenderung mendorong pembeli untuk menambah stok. Tren ini dikombinasikan dengan pemulihan margin hilir akan mendorong penjualan pulp INKP menjadi 2,0 juta ton atau bertumbuh 7% YoY pada tahun 2025.
‘’Pada tahun 2025, kami memperkirakan total volume penjualan INKP akan tumbuh sebesar 14%, didorong oleh peningkatan pengadaan pulp dan ekspansi kertas industri,’’ tulis Sinarmas Sekuritas.
Sinarmas Sekuritas memproyeksi, kertas dan tisu industri akan menjadi pendorong pertumbuhan utama INKP, dengan volume penjualan diproyeksikan tumbuh sebesar 27%. Pertumbuhan ini akan didukung oleh tambahan kapasitas kertas industri sebesar 2,4 MTPA, sehingga total kapasitas menjadi 9,3 MTPA pada tahun 2025.
Manajemen INKP mengharapkan pabrik kertas cokelat barunya dengan kapasitas 0,9 MTPA akan mulai beroperasi pada bulan April 2025, diikuti oleh pabrik kertas putih dengan kapasitas 1,5 MTPA pada bulan Juni 2025.
Dengan asumsi utilisasi 20%/50% pada kuartal ketiga 2025 dan kuartal IV 2025, pabrik-pabrik baru ini diharapkan akan berkontribusi sebesar 17% dari volume produksi kertas industri, atau 9% dari total volume produksi pulp dan kertas pada tahun 2025.
Sementara itu, ASP campuran INKP diperkirakan turun sebesar 5% menjadi US$ 601 per ton pada tahun 2025, menekan EBITDA/ton menjadi US$164, turun -8% YoY dibandingkan US$178 pada tahun 2024. Secara segmental, kertas dan pulp budaya akan menjadi beban terbesar pada margin, sementara margin kertas dan tisu industri diharapkan membaik, terutama karena biaya bahan baku yang lebih rendah.
‘’Kami memperkirakan pertumbuhan volume akan mengimbangi penurunan profitabilitas sebagai konsekuensi dari ASP yang lemah,’’ jelas Sinarmas Sekuritas.
Sinarmas Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk INKP dengan target harga sebesar Rp 11.000 per saham. Sedangkan, Arinda menyarankan buy untuk INKP dengan target harga sebesar Rp 12.200 per saham.
Selanjutnya: Menakar Dampak Pemangkasan Anggaran Terhadap Proyek Infrastruktur Termasuk IKN
Menarik Dibaca: Jadwal KRL Jogja-Solo Pada 4 Sampai 5 Februari 2025, Catat Moms!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News