kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OJK Menyebut 57 Perusahaan Masuk Pipeline IPO Tahun Ini, Blibli Siap Melantai di BEI?


Selasa, 14 Juni 2022 / 14:19 WIB
OJK Menyebut 57 Perusahaan Masuk Pipeline IPO Tahun Ini, Blibli Siap Melantai di BEI?
ILUSTRASI. Total nilai indikasi IPO mencapai Rp 18,14 triliun.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan hingga 11 Juni 2022 lalu, setidaknya ada 57 perusahaan yang tercatat dalam daftar rencana alias pipeline penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO). Total nilai indikasinya mencapai Rp 18,14 triliun.

Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal I, Djustini Septiana menyampaikan bahwa perusahaan yang berstatus unicorn atau decacorn memang belum ramai melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, saat menggelar IPO, dana yang bisa dihimpun terbilang jumbo hingga mencapai triliunan rupiah.

Hal ini dapat dilihat dari IPO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang resmi melantai di BEI pada 11 April 2022 lalu. Djustini tampak memberikan isyarat bahwa e-commerce dari Group Djarum, Blibli, akan menyusul GOTO untuk IPO di tahun ini.

Baca Juga: Incar Rp134,9 M dari IPO & Rp2,37 T dari Waran, Ini Rencana Mandiri Mineral Perkasa

"Decacorn atau unicorn belum banyak, tetapi pada saat mereka offering, itu cukup tinggi, sampai nilai triliunan. Bisa kita lihat GOTO, dan kemungkinan nanti sebentar lagi Blibli," kata Djustini dalam media briefing OJK yang digelar secara virtual, Selasa (14/6).

Dalam pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, PT Global Digital Niaga atau Blibli.com dikabarkan segera melantai di BEI, yang akan  menggalang dana sebesar US$ 500 juta. Rencananya IPO ini paling cepat dilangsungkan pada Juni atau Juli tahun ini.

Adapun, dalam pipeline yang disampaikan OJK, terdapat delapan perusahaan teknologi dengan total nilai indikasi mencapai Rp 7,36 triliun. Sektor lainnya yang terdapat dalam pipeline tersebut berasal dari sektor barang baku sejumlah lima perusahaan dengan nilai indikasi Rp 372,67 miliar.

Baca Juga: Bijak dan Cermat Memilih Saham Baru, Begini Kondisi Saham IPO 2022

Tujuh perusahaan dari sektor barang konsumsi nonprimer (Rp 342,10 miliar), 13 pipeline dari sektor barang konsumsi primer (Rp 2,59 triliun), 4 pipeline dari sektor energi (Rp 5,67 triliun), tiga dari finansial (Rp 89,81 miliar), dua dari sektor kesehatan (Rp 102,81 miliar).

Selanjutnya, tiga pipeline berasal dari sektor perindustrian dengan nilai indikasi Rp 129,70 miliar, enam dari sektor infrastruktur (Rp 404,45 miliar), tiga pipeline dari sektor properti dan real estat (Rp 249,33 miliar), serta tiga pipeline dari sektor transportasi dan logistik dengan nilai indikasi Rp 729,70 miliar.

Djustini berharap, pipeline tersebut bisa terealisasi dan berlaku efektif pada tahun ini. "Tetapi ini juga tidak bisa kita pastikan, karena tingkat ketidakpastian cukup tinggi. Juga dipengaruhi faktor eksternal dan internal perusahaan itu sendiri," imbuh Djustini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×