Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
Direktur Utama Infovesta Utama Parto Kawito mengatakan reksadana berefek derivatif memiliki kelebihan, bisa untuk hedging sehingga mengurangi resiko investasi. "Namun bisa juga menambah exposure terhadap fluktuasi mata uang negara lain apabila derivatifnya dari luar negeri," ujar Parto, Rabu (20/7).
Keuntungan lain, produk ini bisa defensif atau tidak turun terlalu dalam saat pasar modal turun. Sebaliknya, saat pasar modal naik, reksadana efek derivatif bisa unggul. "Apabila beli derivatif nya memang untuk cari capital gain bukan untuk hedging,maka kinerja bisa unggul," tutur Parto.
Namun, risiko investasi produk akan lebih tinggi apabila manajer investasi menerapkan strategi mengambil derivatif untuk mencari capital gain. "Oleh karena itu tergantung strategi MI. Apabila MI menerapkan untuk hedging, maka risiko menurun," ujar Parto.
Manajer investasi belum berniat mengambil derivatif sebagai aset dasar. Direktur Bahana TCW Investment management Soni Wibowo mengatakan efek derivatives tidak banyak tersedia di Indonesia.
"Andaikata ada juga belum tentu menarik dari segi return. Pasar perlu waktu untuk menciptakan derivatives yang menarik. Selain itu, edukasi ke investor perlu digalakkan pula" papar Soni.
Sedangkan untuk derivatif luar negeri dinilai juga kurang menarik. Saat ini Kondisi global tidak lebih baik dibanding dalam negeri.
"Demikian pula dengan derivatives global yang kurang menarik karena Return derivatives global harus lebih baik dibanding return instrumen dalam negeri," ujar Soni.