Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai transaksi kripto diproyeksikan akan mengalami perbaikan pada kuartal IV 2025. Kondisinya diyakini mampu berbalik arah usai sempat turun pada September lalu.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan nilai transaksi kripto turun 14,53% yaitu dari Rp 45,21 triliun pada Agustus 2025 menjadi Rp 38,64 triliun pada September 2025.
CEO Tokocrypto, Calvin Kizana memperkirakan kemungkinan terjadinya peningkatan transaksi kripto dari bulan ke bulan pada kuartal IV – 2025 cukup besar. Aktivitas seperti volume perdagangan, jumlah transfer, dan alamat wallet yang aktif berpotensi meningkat, terutama jika serangkaian katalis positif terjadi secara berurutan.
“Salah satu pendorong utamanya adalah arus dana baru yang masuk ke pasar melalui katalis besar seperti ETF dan dukungan kondisi makroekonomi,” ujar Calvin kepada Kontan, Jumat (17/10/2025).
Baca Juga: Harga Bitcoin Turun ke Level US$ 106.000, Ini Sebabnya
Calvin menambahkan, aliran dana melalui ETF Bitcoin diperkirakan dapat menembus lebih dari US$ 36 miliar sepanjang kuartal IV – 2025. Ini berpotensi memicu peningkatan aktivitas spekulatif dan arbitrase di berbagai aset kripto. Faktor lain yang juga berperan adalah proses rotasi dan reposisi modal di pasar.
“Ketika investor mulai memindahkan dana dari Bitcoin ke altcoin, proyek DeFi, atau aset dengan narasi baru, aktivitas jual-beli tersebut secara otomatis akan meningkatkan volume transaksi baik di jaringan on-chain maupun di bursa,” jelasnya.
Selain itu, Calvin menyebut peningkatan utilitas jaringan juga menjadi kontributor penting, semakin banyak pengguna terlibat dalam aktivitas seperti DeFi, staking, dan transfer stablecoin, maka jaringan utama seperti Ethereum, Solana, dan Tron akan mencatat lonjakan transaksi yang lebih tinggi.
Momentum pasar yang kuat dan efek FOMO (Fear of Missing Out) juga berpotensi menarik lebih banyak partisipan baru, sehingga mendorong volume transaksi ke level yang lebih tinggi selama fase akselerasi pasar.
“Namun, peningkatan ini tidak selalu berlangsung mulus,” katanya.
Baca Juga: Bitcoin Butuh Pemicu Baru untuk Hindari Koreksi Lebih Dalam
Menurutnya, aktivitas transaksi bisa tertahan apabila pemegang besar (whale) atau institusi memilih untuk menahan pasokan dan tidak banyak melakukan penjualan.
“Karena itu, kenaikan volume transaksi kemungkinan akan terjadi secara bertahap, misalnya, aktivitas tinggi di Oktober, sedikit melambat di November, dan kembali menguat di Desember, bukan dalam pola kenaikan yang konsisten sepanjang kuartal,” terangnya.
Calvin memperkirakan sejumlah kategori aset kripto akan mencuri perhatian investor dan mencatat peningkatan aktivitas perdagangan di kuartal IV – 2025. Pergerakan ini tidak hanya didorong oleh spekulasi semata. Tetapi juga oleh faktor fundamental seperti adopsi institusional, perkembangan teknologi, serta kemajuan regulasi yang semakin jelas di berbagai yurisdiksi.
“Aset besar seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) masih akan menjadi penopang utama pasar,” jelas Calvin.
Baca Juga: Jack Dorsey Dorong Signal Adopsi Bitcoin, Kampanye Bitcoin for Signal Kian Menggema
Sementara itu, Chairman Indodax, Oscar Darmawan mengatakan, exchange kripto bukan sekadar meningkatkan volume transaksi. Akan tetapi juga memperluas basis pengguna melalui peningkatan literasi keuangan digital dan pemahaman investasi aset kripto yang benar.
Sejumlah pemangku kepentingan industri memproyeksikan bahwa jumlah investor kripto nasional berpotensi menembus lebih dari 28 juta orang pada akhir 2025.
“Hal ini menunjukkan optimisme yang cukup luas bahwa minat masyarakat terhadap aset digital akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya ekosistem dan kesadaran finansial di Indonesia,” ujar Oscar.
Selanjutnya: Promo SPayLater Bayar QRIS Bikin Belanja dan Jajan Super Hemat, Serba Seribu!
Menarik Dibaca: Apa Benar Minum Kopi saat Pagi Bikin Panjang Umur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News