Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas energi tertekan prospek permintaan yang lesu di tengah pasokan yang berlimpah. Perlambatan ekonomi di negara konsumen utama menyurutkan permintaan terhadap minyak mentah, gas alam, hingga batubara.
Mengutip Tradingeconomics, Jumat (29/11) pukul 18.05 WIB, harga minyak mentah WTI terkoreksi 3,97% selama sepekan yang berada di posisi US$68.476 per barel. Harga gas alam terkoreksi 0,91% dalam sepekan, sedangkan harga batubara turun sekitar 1,45% dalam sepekan dan merosot sekitar 3.99% dalam sebulan terakhir.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengamati, faktor-faktor yang menekan harga komoditas energi meliputi kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Pada minyak, risiko perlambatan ekonomi telah mengurangi permintaan yang pada akhirnya melemahkan harga.
Gencatan senjata dan berkurangnya konflik geopolitik juga telah menurunkan premi risiko pada harga minyak. Dolar AS yang kuat turut membuat minyak lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
Baca Juga: Tak Ada Duanya, Mineral Paling Langka di Dunia Ini Hanya Pernah Ditemukan Sekali
Sementara itu, gas alam terdampak cuaca yang lebih hangat dari perkiraan yang telah mengurangi permintaan gas alam untuk pemanas. Tingkat produksi yang lebih tinggi di AS pun telah menyebabkan kelebihan pasokan, sehingga menekan harga.
Kelebihan pasokan turut menekan harga batubara dengan produksi batubara mencapai rekor tertinggi terutama di Tiongkok. Kendala ekonomi di negara-negara konsumen utama batubara seperti Tiongkok juga telah mengurangi permintaan.
Sutopo menyebutkan, keputusan OPEC untuk memangkas produksi diharapkan dapat mendukung harga minyak dalam waktu dekat. Namun, dampaknya akan bergantung pada tingkat dan durasi pemangkasan.
‘’Dolar AS yang kuat masih akan terus membebani harga minyak, karena membuat minyak lebih mahal bagi pembeli non AS,’’ jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (29/11).
Baca Juga: Saham IPO AADI Dinilai Undervalued, Bahkan Lebih Murah dari Sektoral, ADRO dan ADMR
Teruntuk harga gas alam ke depannya akan sangat bergantung pada pasokan domestik. Seperti diketahui, AS merupakan produsen dan eksportir utama gas alam, sehingga perubahan tingkat produksi domestik negara tersebut berdampak signifikan pada harga.
Sedangkan, lanjut Sutopo, permintaan Tiongkok terhadap batubara diproyeksi akan tetap kuat karena ketergantungannya pada batubara untuk pembangkit listrik. Meskipun, terdapat kendala ekonomi yang mungkin menurunkan permintaan. Namun, tingkat produksi yang tinggi dan peningkatan adopsi energi terbarukan bisa membuat harga batubara relatif stabil atu justru menurun.
‘’Secara keseluruhan, pasar komoditas energi dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara kondisi ekonomi global, faktor geopolitik, dan tingkat produksi domestik. Prospek untuk setiap komoditas akan bergantung pada bagaimana faktor-faktor ini berkembang dalam beberapa bulan mendatang,’’ ujar Sutopo.
Menurut Sutopo, minyak mentah WTI mungkin akan mencapai rata-rata sekitar US$73,81 per barel pada kuartal pertama tahun 2025. Proyeksi ini karena mempertimbangkan keputusan OPEC untuk memperpanjang pemotongan produksi kemungkinan akan mendukung harga minyak.
Baca Juga: Emas Menguat Ditopang Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed pada Desember Nanti
Permintaan minyak global yang stabil, meskipun ada ketidakpastian ekonomi, akan membantu mempertahankan harga. Sementara, ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung dapat menyebabkan gangguan pasokan, yang akhirnya dapat mendukung harga minyak lebih tinggi.
Harga gas alam AS diproyeksikan akan mencapai rata-rata US$2,80 per MMBtu pada kuartal pertama tahun 2025. Meningkatnya ekspor gas alam cair (LNG) diperkirakan akan meningkatkan permintaan dan mendukung harga.
Sutopo menuturkan, prakiraan cuaca yang lebih dingin untuk musim dingin akan meningkatkan permintaan pemanas, sehingga menaikkan harga. Sedangkan, kemampuan terbatas untuk meningkatkan produksi secara cepat sebagai respons terhadap harga yang lebih tinggi akan membuat pasokan tetap ketat.
Harga batubara diperkirakan akan mencapai rata-rata sekitar US$ 144,81 per ton pada kuartal pertama tahun 2025. Produksi batu bara yang mencapai rekor tertinggi, terutama di Tiongkok, akan membuat pasokan tetap melimpah.
Selanjutnya: Promo Akhir Bulan Indomaret hingga 4 Desember, Indomie Rendang Beli 3 Lebih Murah
Menarik Dibaca: Promo Akhir Bulan Indomaret hingga 4 Desember, Indomie Rendang Beli 3 Lebih Murah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News