kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menurut analis penguatan rupiah tidak langsung berdampak pada kinerja emiten


Kamis, 07 Februari 2019 / 21:52 WIB
Menurut analis penguatan rupiah tidak langsung berdampak pada kinerja emiten


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rupanya tidak langsung mendorong prospek kinerja emiten Tanah Air saat ini. Mengingat, tidak semua emiten akan diuntungkan dari penguatan nilai tukar tersebut.

Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David N Sutyanto mengatakan, penguatan nilai tukar cenderung akan menguntungkan emiten berbasis impor. Sedangkan untuk emiten yang berbasis ekspor tidak begitu diuntungkan.

"Biasanya, kalau rupiah melemah dampaknya pasti akan langsung terasa, tapi saat rupiah menguat biasanya ada delay dan tidak langsung memberikan dampak bagi kinerja emiten," kata David kepada Kontan.co.id, Kamis (7/2).

David menjelaskan saat rupiah menguat, akan ada banyak delay untuk bisa adjustment, sehingga kalaupun ada dampak signifikan namun tidak akan langsung terasa ke laporan keuangan perusahaan. Selain itu, dia menilai penguatan rupiah yang terjadi saat ini cenderung bersifat jangka pendek.

"Sebenarnya yang dibutuhkan emiten adalah rupiah yang stabil ketimbang dia menguat atau melemah. Kalau stabil tentu akan memberikan efek banyak, namun jika kurs masih volatile tentu enggak akan banyak dampaknya," ungkap David.

Dia memperkirakan, hingga kuartal I 2019 rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 13.800 hingga Rp 14.300. Ketika rupiah bergerak stabil, emiten akan cenderung bisa memprediksi aktifitas ekspor maupun impor mereka.

"Itu semua yang emiten inginkan, jadi bukan menguat dan melemah. Saya cenderung konservatif," ujarnya.

Sementara itu, untuk memanfatkan momentum penguatan nilai tukar rupiah saat ini, investor sudah bisa melirik emiten emiten yang memiliki basis kinerja impor. Meskipun secara sektor riil belum berdampak signifikan, namun di pasar modal sentimen penguatan rupiah memberikan sinyal positif.

"Investor perlu follow the trend saat ini, meskipun jangan terlalu larut. Ini karena ke depan masih ada tantangan yang akan mempengaruhi kurs seperti perang dagang dan kondisi fiskal Tanah Air. Tapi saya optimistis kalau rupiah terus menguat IHSG akhir tahun bisa 7.200," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×