kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengintip reksadana Premier ETF Syariah JII


Senin, 26 Oktober 2015 / 23:30 WIB
Mengintip reksadana Premier ETF Syariah JII


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Instrumen syariah bisa menjadi alternatif investasi menarik di tengah fluktuasi pasar modal. Salah satunya, Premier Exchange Traded Fund (ETF) syariah JII.

Produk kelolaan PT Indopremier Investment Management (IPIM) tersebut dikelola secara pasif dan mengacu pada indeks acuan Jakarta Islamic Index (JII).

Oleh karena itu, kata Direktur IPIM Ernawan Rahmat Salimsyah, produk ini memiliki strategi investasi mendekati 100% pada saham-saham yang terdaftar ada JII. "Sebab, Produk ini bertujuan memberikan imbal hasil investasi yang setara dengan kinerja JII," kata Ernawan, Senin (26/10).

Kebijakan investasi produk ini bisa memutar 80%-100% pada efek syariah bersifat ekuitas yang berasal dari kumpulan efek terdaftar di JII. Sisanya, maksimal 20% bisa ditempatkan pada instrumen pasar uang syariah dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo kurang dari satu tahun atau deposito syariah.

Menilik fund factsheet September 2015, reksadana yang diperdagangkan dengan ticker XIJI ini mayoritas menggenggam saham sektor consumer goods sebesar 30,30%. Infrastructure sekitar 22,87%, aneka industri sekitar 13,41% dan trading sekitar 12,84%. Kemudian, property 9,23%, basic industry sekitar 8,32%, mining 3,21% serta agriculture sebesar 2,49%.

Adapun untuk lima aset dasar besar antara lain saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) , saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) serta saham PT Astra International (ASII). Lalu, saham Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan saham United Tractors (UNTR).

Reksadana ini berkinerja minus 7,55% dalam satu tahun terakhir per Jumat (23/10). Kinerja tersebut beda tipis dibandingkan indeks acuannya, JII yang minus 7,57% pada periode yang sama.

"Kami perkirakan produk ini masih bisa memberikan return 6%-8% dari sekarang hingga akhir tahun," ujar Ernawan.

Ernawan berujar return tersebut akan ditopang oleh kinerja saham-saham dalam JII yang menjadi aset dasar ETF ini. Misalnya, saham sektor consumer goods, basic industry, serta retail sales.

ETF ini mulai ditawarkan 2013 lalu. Investor bisa bertransaksi di pasar primer melalui diler partisipan. Di sini, investor bisa membeli minimum satu unit kreasi atau basket yang setara dengan 100.000 unit penyertaan.

ETF juga ditransaksikan di pasar sekunder melalui sekuritas atau broker dengan minimal pembelian satu lot yang setara dengan 100 unit penyertaan.

Investor akan dikenakan biaya investment manager maksimum 1% per annum, biaya bank kustodian maksimum 0,20% per annum. Untuk subscription dan redemption fee dikenakan sesuai biaya broker.

ETF ini hingga akhir September mencatat dana kelolaan Rp 539,99 miliar. Sedangkan nilai aktiva bersih (NAB) per unit diperdagangkan sebesar Rp 565.

Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan kinerja produk ini akan ditopang oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang diikuti oleh kembali masuknya dana asing ke pasar saham domestik sejak Oktober 2015. Selain itu, langkah pemerintah yang menerbitkan kebijakan ekonomi juga berpotensi memberikan sentimen positif bagi kinerja produk ini.

"Kebijakan pemerintah yang berkesinambungan bertujuan menggerakkan perekonomian sehingga dapat memberikan sentimen positif bagi pasar modal," ujar Vilia.

Di sisi lain, kondisi perekonomian serta rilis data keuangan emiten kuartal III juga turut menjadi sentimen yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar saham hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×