Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks saham sektor tambang masih tertekan. Dari awal tahun, indeks mining sudah terkoreksi hingga 6,79%.
Presiden Direktur Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengatakan, saham sektor pertambangan batubara secara valuasi memang sudah murah. Akan tetapi, saat ini saham sektor pertambangan masing tertekan dengan kondisi pasar.
Terlebih, sambungnya, banyak investor asing yang mulai mengutamakan untuk investasi di perusahaan yang bergerak dalam usaha yang ramah lingkungan.
“Ada juga prediksi pada 2027 biaya pembangkit listrik tenaga uap lebih mahal dari pada pembangkit listrik tenaga surya atau solar panel,” paparnya pada sesi-tanya jawab acara Outlook Saham-saham 2020, Jumat (21/2).
Baca Juga: Aksi Jual Investor Asing Setir Pelemahan IHSG
Meski begitu, Jemmy memaparkan, perusahaan-perusahaan batubara di Indonesia sudah mulai melakukan diversifikasi usaha dan tak mengandalkan penjualan batubara sebagai satu-satunya sumber pendapatan.
Perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batubara sudah banyak yang merambah proyek pembangkit listrik.
Selain itu, untuk PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga melakukan hilirisasi batubara dengan menggandeng Air Products & Chemicals, Inc, sebuah perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat.
Juga PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang terus melakukan diversifikasi usaha, terlebih ADRO memiliki produksi batubara dengan kalori tinggi atawa coking coal yang dibutuhkan oleh industri baja.
Sekarang ini produksi coking coal ADRO sudah mencapai 30% dari total produksi ADRO. “Untuk yang punya produksi coking coal, mereka bisa memperbesar produksinya,” tambahnya.
Di sisi lain, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menuturkan, prospek saham sektor pertambangan masih tertekan dan diprediksi belum bisa kembali pulih lantaran harga komoditas batubara masih berada dalam tren penurunan.
Baca Juga: Pasar saham kurang kondusif, investor asing beralih ke pasar obligasi
Terlebih, sambungnya, dampak wabah virus korona yang secara tak langsung turut mempengaruhi ekonomi China.
“Ketika ekonomi China terpengaruh, maka sektor pertambangan ikut kena imbasnya karena akan mempengaruhi permintaan pada sektor ini,” katanya pada Kontan, Minggu (23/2).
Sukarno menyarankan investor untuk melakukan strategi trading jangka pendek dengan menggunakan momentum teknikal. Namun, untuk saat ini mayoritas harga saham dari sektor pertambangan akan terkoreksi lebih dulu lantaran sudah menguat dari beberapa hari yang lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News