kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meneropong Cuan di Reksadana Offshore


Rabu, 17 Januari 2024 / 05:00 WIB
Meneropong Cuan di Reksadana Offshore
ILUSTRASI. Meneropong Cuan di Reksadana Offshore


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski terdapat sejumlah tantangan, prospek reksadana offshore (luar negeri) diperkirakan masih menarik.

Direktur PT Infovesta Utama Parto Kawito menyebutkan bahwa prospek reksadana offshore akan tergantung negaranya. Namun, secara umum ia menilai pertumbuhan global menurun karena daya beli turun, iklim, geopolitik, dan demografi menua.

Kendati begitu, terdapat sejumlah sentimen yang dapat mendorong kinerja reksadana offshore.

"Menurunnya suku bunga Fed di semester II 2024, ekonomi di negara emerging stabil dan/atau sedikit membaik, serta China menggelontorkan stimulus besar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (16/1).

Apalagi umumnya reksadana offshore merupakan saham yang berbasis ESG. Parto menilai juga terdapat katalis positif untuk saham berbasis ESG, seperti bursa karbon menjadi sumber pendanaan persh yang mematuhi ESG dan kesadaran investasi meningkat ke persh ramah ESG.

Baca Juga: Prospek Reksadana Offshore Diproyeksi Menarik Tahun Ini

President & CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra sepakat bahwa pemangkasan suku bunga membuat prospek reksadana offshore dapat menjadi lebih positif.

Menurutnya, pemangkasan suku bunga secara keseluruhan cenderung mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga dapat memberikan dampak positif pada kinerja bursa saham global, yang pada gilirannya dapat menguntungkan underlying reksadana tersebut.

"Namun tentunya banyak faktor-faktor lain juga yang perlu dipertimbangkan seperti global makro, kondisi geopolitik, dan lain sebagainya," sambungnya.

Karenanya, Guntur mememproyeksikan return reksadana offshore di 2024 berpotensi cukup baik. "Namun tetap akan kembali lagi jenis reksadana offshore dan juga tema/strategi dan juga investment universe/geography region dari masing-masing reksadana tersebut," tegasnya.

Teranyar, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) meluncurkan reksadana Manulife Saham Syariah ESG Transisi Global Dolar AS (MAGET) Kelas A2.

Chief Economist & Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan mengatakan peluncuran produk tersebut melihat peluang, khususnya untuk jangka panjang. Dijelaskan, berdasarkan data BloombergNEF pada laporan Renewable Energy Investment Tracker, investasi baru secara global dalam energi terbarukan melonjak menjadi US$ 358 miliar di semester I 2023 atau tumbuh 22% secara tahunan (YoY).

"Sehingga investor dapat memanfaatkan peluang investasi pada reksadana ESG sambil membantu mengatasi perubahan iklim global," katanya.

Baca Juga: Reksadana Offshore Catat Return Positif, Ada yang Mencapai Lebih dari 21%

Terlebih untuk jangka panjang, diperkirakan investasi yang dibutuhkan lebih dari US$ 6,9 triliun per tahun dalam 10 tahun ke depan untuk mencapai taret Paris Agreement 2050.

Katarina mengatakan, pihaknya akan mengelola produk investasi barunya di 10 negara yang tersebar di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia. Beberapa negara itu, antara lain Kanada, Inggris, Jerman, Swiss, Finlandia, Portugal, dan Australia.




TERBARU

[X]
×