Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana offshore underlying ekuitas berbasis di China milik PT BNP Paribas Asset Management berbanding terbalik dengan yang berbasis di negara maju.
Sebagai informasi, BNP Paribas Asset Management memiliki tiga produk reksadana offshore underlying ekuitas. Yakni, Reksadana Syariah BNP Paribas Cakra Syariah USD Kelas RK1, Reksa Dana BNP Paribas DJIM Global Technology Titans 50 Syariah USD, dan Reksadana Syariah BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD Kelas RK1.
Berdasarkan factsheet perusahaan, sejak awal tahun hingga 31 Agustus 2023 (Ytd) kinerja produk yang berbasis di negara maju mencetak kinerja positif. Sementara yang berbasis di China berkinerja negatif.
Baca Juga: Pamor Instrumen Investasi Berbasis ESG Meningkat
Reksadana Syariah BNP Paribas Cakra Syariah USD Kelas RK1 secara Ytd mencetak return 16,77%, lalu Reksadana BNP Paribas DJIM Global Technology Titans 50 Syariah USD memiliki return 43,02% Ytd. Sementara Reksadana Syariah BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD Kelas RK1 tercatat minus 6,69%.
Head of Equity BNP Paribas Asset Management Laurentia Amica Darmawan menjelaskan penurunan kinerja saham yang berbasis di China seiring pelemahan di pasar saham China. Hal ini didorong oleh kurangnya keyakinan terhadap pelonggaran kebijakan yang ada.
Menurutnya, pasar saat ini menilai pemerintah China perlu melonggarkan kebijakan manajemen permintaan secara lebih agresif dan menerapkan langkah-langkah yang lebih tepat untuk meningkatkan konsumsi dan investasi sektor swasta. Tujuannya agar dapat meningkatkan dan mempertahankan momentum pemulihan.
"Selain itu, data makro yang dirilis oleh China secara keseluruhan pun kurang memenuhi ekspektasi pasar, di mana PDB kuartal kedua berada di bawah ekspektasi konsensus," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (13/9).
Baca Juga: Minim Katalis, Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Flat di Bulan Juli 2023
Di sisi lain, kinerja produk berbasis di negara maju juga didorong dari valuasi S&P Index telah meningkat dari 17 kali PE pada bulan Januari 2023 menjadi 19 kali PE saat ini. Artinya, ekspansi valuation multiple telah mendorong sebagian besar kinerja saham.
Selain itu, hasil kinerja perusahaaan di kuartal I dan II lebih baik dari perkiraan pasar sehingga turut membantu meningkatkan sentimen investor dan posisi pasar saham negara maju.