kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mencermati Saham-saham Big Cap yang Punya Prospek Apik di Tahun 2022


Senin, 18 April 2022 / 19:17 WIB
Mencermati Saham-saham Big Cap yang Punya Prospek Apik di Tahun 2022
ILUSTRASI. Mencermati Saham-saham Big Cap yang Punya Prospek Apik di Tahun 2022


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Jajaran emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar terus bertambah, hingga saat ini terhitung ada 18 emiten dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun.

Teranyar, ada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang bergabung pada daftar saham big cap dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 447,69 triliun.

Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan, mengatakan, penambahan emiten dengan kapitalisasi pasar besar dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, emiten eksisting yang nilai kapitalisasinya mengalami pertumbuhan.

Emiten yang mencatatkan pertumbuhan nilai kapitaliasinya memberikan realita baik bagaimana nilai perusahaan mengalami kenaikan, bahkan menembus Rp 100 triliun.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Saham MPMX, WTON, dan ERAA untuk Selasa (18/4)

Kedua, dapat dilihat dari emiten yang listing dengan nilai di atas Rp 100 triliun seperti GOTO. Masuknya GOTO ke pasar saham menunjukan bagaimana optimisme perusahaan terhadap pasar modal dengan segala pertimbangan seperti likuiditas, investor dan potensi pendanaan perusahaan yang dianggap mampu memenuhi harapan mereka.

"Pasar yang semakin besar akan semakin membuat daya tarik semakin kuat bagi investor-investor lokal dan global. Penambahan investor-investor tersebut akan menjadi daya tarik bagi perusahaan lainnya untuk listing di pasar," paparnya pada Kontan, Senin (18/4).

Pada umumnya, Alfred melihat, perusahaan-perusahaan dengan kapitalisasi pasar jumbo merupakan perusahaan dengan size bisnis yang besar. Sehingga dikategorikan memiliki bisnis yang mature. Hal penting yang perlu dicermati, sejauh mana kenaikan kapitalisasi pasar emiten bisa dijelaskan oleh kenaikan performa perusahaan.

Ia mengambil contoh, saat ini nilai kapitalisasi pasar PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 156 triliun, angka ini melesat dari posisi tahun 2008 yang berada di bawah Rp 20 triliun.

Alfred menegaskan, kenaikan tersebut bisa dijelaskan dengan kenaikan yang signifikan dari sisi laba yang diperoleh. Pasalnya, pada tahun 2008 laba BBNI hanya Rp 1,2 triliun dan sekarang ini menembus belasan triliun, bahkan di tahun 2018 mencapai Rp 15 triliun.

Baca Juga: All Time High Lagi, IHSG Diprediksi Lanjut Menguat pada Selasa (19/4)

Di lain sisi, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun per Maret 2020, hanya menorehkan pendapatan Rp 871 miliar dengan nilai ekuitas sebesar Rp 1,2 triliun. Selain itu, aset DCII juga hanya sebesar Rp 2,9 triliun dan laba sebesar Rp 261 miliar.

"Bila dibandingkan dengan kapitalisasi pasarnya Rp 100 triliun, terpaut nilai yang sangat besar, kondisi seperti ini yang menurut saya menjadi peluang terjadinya penurunan kapitalisasi pasar," tambah Alfred.

Jadi, ia menjelaskan, emiten yang berpotensi mengalami penurunan kapitalisasi adalah emiten yang memiliki multiple valuation yang sangat tinggi, dimana price earning ratio (PER) atau price to book value (PBV) yang mencapai ratusan kali.

Secara umum, Alfred melihat prospek saham big cap masih tumbuh cukup tinggi di tahun ini, seperti sektor komoditas, teknologi, telekomunikasi, kesehatan, dan perbankan.

Baca Juga: Reksadana Pasar Uang Jadi Satu-satunya Reksadana Berkinerja Positif pada Pekan Lalu

Sementara itu, sektor yang pertumbuhannya tidak terlalu besar karena faktor kondisi global dan pandemi ada sektor transportasi darat, pariwisata, restoran, dan manufaktur.

Lebih lanjut Alfred bilang, saham big cap sektor perbankan seperti BBRI, BBNI, BMRI menarik untuk dicermati. Kemudian ada sektor telekomunikasi seperti TLKM, sektor terkait komoditas seperti ADRO dan UNTR juga bisa dilirik. Selain itu, saham-saham yang valuasinya masih relatif murah juga bisa jadi pilihan.

Ia merekomendasikan hold saham BBRI dengan take profit di harga Rp 5.125 per saham, kemudian buy BBNI dengan TP di Rp 9.950, dan buy BMRI dengan TP Rp 9.400. Sementara untuk saham TLKM Alfred memberikan rekomendasi hold dengan TP Rp 5.080. Selanjutnya buy ADRO dengan TP Rp 4.000, dan buy UNTR dengan TP di Rp 36.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×