Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Sayangnya, prospek mentereng secara bisnis tak otomatis mendongkrak pergerakan saham emiten ban. Head of Research InvestasiKu, Cheril Tanuwijaya, melihat sejauh ini saham emiten ban kurang menarik dikoleksi.
Cheril menilai, saham GDYR, MASA, dan TYRE masih kurang likuid. Sedangkan saham GJTL sudah melambung tinggi, sehingga pelaku pasar perlu hati-hati karena rawan terserempet aksi profit taking.
"Memang secara prospek bisnis, ada peluang untuk terus membaik tahun ini. Tapi kenaikan harga yang signifikan dalam waktu singkat membuka potensi koreksi bagi GJTL," kata Cheryl.
Baca Juga: Kinerja Melaju, Simak Rencana Bisnis Emiten Komponen Otomotif
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova sepakat, likuiditas menjadi faktor krusial yang perlu dicermati investor. Ivan memandang saat ini saham GJTL masih paling menarik dengan price earning ratio (PER) sekitar 4 kali, jauh di bawah MASA dan GDYR.
Catatan Ivan, setelah rally secara agresif, saham GJTL akan lebih rentan berfluktuasi. Namun, koreksi yang terjadi masih terbilang wajar selama bertahan di atas level harga Rp 1.100 dan masih terbuka peluang untuk mencetak higher high.
Saran Ivan, GJTL layak dikoleksi dengan strategi buy on weakness memperhatikan support Rp 1.100 dan resistance pada level Rp 1.500. Sementara itu, Alrich dan Cheril punya rekomendasi yang sama, yakni sell on strength.
Baca Juga: Gajah Tunggal (GJTL) Alokasikan Belanja Modal hingga US$ 50 Juta pada Tahun Ini
Hitungan Alrich, support GJTL ada di Rp 1.210 dan resistance Rp 1.340. Dia menyarankan sell on strength terlebih dulu pada kisaran Rp 1.240 - Rp 1.275. Cheril merekomendasikan sell on strength pada level harga saat ini, di Rp 1.220.
Sedangkan Johan melihat saham GJTL masih menarik dengan potensi penguatan ke level harga Rp 1.340 - Rp 1.415. "Namun jika sudah memiliki, disarankan untuk take profit," tandas Johan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News