Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) diperkirakan tetap bertumbuh di 2025, tetapi akan melambat. Hal ini seiring dengan sejumlah tantangan yang dihadapi perseroan.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Ahmad Iqbal Suyudi menerangkan tahun ini ASII akan menghadapi sejumlah sentimen negatif, seperti lemahnya daya beli masyarakat dan lingkungan suku bunga tinggi yang berpengaruh terhadap penjualan kendaraan.
"Lalu, harga komoditas batubara yang cukup lemah," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (10/3).
Dua faktor pertama akan menjadi tantangan bagi segmen otomotif ASII. Meski begitu, ia menilai tetap ada ruang bertumbuh melalui penjualan mobil bekas dari OLXMobbi yang dapat mendukung sektor tersebut.
Baca Juga: Astra International (ASII) Catat Kinerja Positif di 2024, Laba Bersih Tumbuh 0,63%
"Daya beli masyarakat yang lemah membuat masyarakat beralih membeli mobil bekas," kiranya.
Sementara untuk batubara, Iqbal melihat prospeknya masih akan kelebihan pasokan. Alhasil, harga komoditas tersebut diperkirakan masih akan tertekan, yang juga berpotensi menurunkan penjualan alat berat.
"Adapun katalis positif pendukung kinerja ASII 2025 adalah harga komoditas seperti emas dan kelapa sawit yang cukup tinggi," katanya.
Analyst Maybank Sekuritas Paulina Margareta melanjutkan, meski harga CPO cenderung tinggi tetapi kontribusi sektor agribisnis tidak terlalu besar terhadap pendapatan dan laba bersih ASII. Sehingga ia menilai harga CPO tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2024, kontribusi segmen agribisnis terhadap laba bersih ASII hanya sebesar 2,68%.
Menurut Paulina, segmen keuangan yang dinilai berpotensi menjadi penopang pertumbuhan kinerja ASII di 2025.
"Seperti tahun-tahun belakang ini, segmen keuangan diperkirakan akan terus menjadi penopang pertumbuhan kinerja ASII dikarenakan kekuatan dominasi segmen multifinance ASII, yang dapat menangkap peluang di penjualan kendaraan baru maupun bekas," terangnya.
Baca Juga: Hadapi Tantangan Pajak, Bahana Sekuritas Pangkas Rating Astra International (ASII)
Selain itu, dia juga melihat bisnis asuransi ASII juga terus mencatatkan pertumbuhan. Adapun PT Asuransi Astra Buana mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 8% menjadi Rp 1,5 triliun, disebabkan oleh peningkatan pendapatan underwriting dan hasil investasi.
Analis KB Valbury Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi memperkirakan koreksi pada kinerja ASII di 2025. Pendapatan ASII pada tahun 2025 diperkirakan sebesar Rp 327,50 triliun, turun 1,03% dari realisasi 2024 dan laba bersih turun 5,34% menjadi Rp 32,23 triliun.
Terlepas dari semua kekurangan yang ada, Akhmad menilai bisnis otomotif masih cukup tangguh. Di tengah penurunan penjualan total 4W lantaran Astra berhasil mempertahankan pangsa pasarnya yang mencapai 56%.
Di pasar 2W, penjualan tumbuh 2% yoy menjadi 6,3 juta unit dan pangsa pasar Astra Honda Motor berhasil dipertahankan dengan baik mencapai 78%.
"Yang tak kalah penting, kami juga menyukai perkembangan pesat kendaraan listrik seiring Astra menguasai sekitar 60% pangsa pasar di segmen Hybrid, yang didominasi oleh Innova Zenix dan Yaris Cross," jelasnya.
Prospek ke depan juga dinilai tetap positif seiring strategi dari PT United Tractors Tbk (UNTR) memperkuat portofolio energi terbarukan. Anak usaha ASII itu mengakuisisi 20,2% saham tambahan di PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), pemain utama di sektor energi panas bumi di Sumatra Selatan.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Astra International (ASII) yang Cetak Kinerja Stabil
Kemudian, ASII disebut secara strategis telah memperluas kehadirannya di sektor kesehatan di Indonesia. Puncaknya, akuisisi 95,8% saham Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah yang berbasis di Jakarta.
Pada saat yang sama, Grup meningkatkan kepemilikannya di platform layanan kesehatan digital Halodoc menjadi 31,3%, sehingga memperkuat posisinya di pasar telehealth yang sedang berkembang.
"Langkah-langkah strategis ini menggarisbawahi ambisi ASII untuk mengambil peran penting dalam lanskap layanan kesehatan di Indonesia, dengan fokus untuk mendorong efisiensi biaya dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang dapat diakses oleh masyarakat," tegasnya.
Baca Juga: Simak Strategi dan Rencana Investasi Astra International (ASII) di Tahun 2025
Dengan demikian, KB Valbury Sekuritas mempertahankan rating buy ASII dengan target harga Rp 5.850. Iqbal dan Paulina juga merekomendasikan buy dengan target harga masing-masing Rp 5.300 dan Rp 5.650.
Selanjutnya: Trump Peringatkan Ancaman Terbesar bagi Umat Manusia yang Bisa Menghancurkan Dunia
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (11/3): Cerah hingga Hujan Berawan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News