kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.564.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 16.320   -17,00   -0,10%
  • IDX 7.014   57,21   0,82%
  • KOMPAS100 1.044   14,24   1,38%
  • LQ45 816   15,10   1,89%
  • ISSI 212   1,46   0,69%
  • IDX30 419   7,77   1,89%
  • IDXHIDIV20 500   9,94   2,03%
  • IDX80 119   1,69   1,43%
  • IDXV30 123   1,63   1,34%
  • IDXQ30 138   2,70   1,99%

Menakar January Effect yang Makin Memudar, IHSG Tergerus ke Bawah 7.000


Rabu, 15 Januari 2025 / 08:07 WIB
Menakar January Effect yang Makin Memudar, IHSG Tergerus ke Bawah 7.000
ILUSTRASI. Analis mengungkapkan potensi January Effect yang makin memudar setelah IHSG terus tertekan dan ke bawah 7.000


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir di bawah level 7.000 setelah ditutup melemah 0,68% atau turun 60,21 poin ke posisi 6.956,66 pada Selasa (14/1). 

Tekanan datang dari aksi jual beli bersih atau net sell investor asing sebesar Rp 633,22 miliar di seluruh pasar. Sepanjang tahun berjalan ini, asing sudah mencatatkan net sell Rp 3,32 triliun. 

Mayoritas saham emiten big caps ambruk, terutama saham-saham perbankan. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terkoreksi 2,26% dan mengikis IHSG sebesar 11,17 poin. 

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing-masing ambruk 1,55%, 1,30% dan 1,90%. 

Tekanan juga datang dari saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang ambles 3,74% ke level Rp 9.659. 

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham & Proyeksi IHSG Menanti Arah Suku Bunga dari RDG BI (15/1)

Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan tekanan pada IHSG beberapa hari ini disebabkan adanya meredupnya harapan atas ekspektasi penurunan suku bunga The Fed di 2025. 

“Ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah, sehingga membuat pelaku asing terus mencatatkan outflow, terutama pasar saham blue chips perbankan,” katanya kepada Kontan, Selasa (14/1).

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas menambahkan tekanan pada pasar saham Indonesia turut dipengaruhi oleh dinamika pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS). 

“Para pelaku pasar bersiap menyambut kepemimpinan Trump, yang menetapkan kebijakan pada pertumbuhan sehingga menarik aliran dana asing masuk ke AS,” ucap dia.

Tak hanya itu, Nafan bilang tekanan juga datang dari sikap The Fed yang masih hawkish. Di mana era suku bunga tinggi masih akan berlangsung lama alias higher for longer.

Menakar Peluang January Effect

Kalau dicermati, sepanjang tahun berjalan ini IHSG sudah terkoreksi 1,74% per Senin (14/1). Tekanan pada indeks komposit ini semakin memudarkan peluang terjadinya January Effect. 

Dalam lima tahun terakhir, IHSG hanya menguat sekali pada 2022. Pada kala itu, IHSG berhasil menguat 0,78% sepanjang Januari 2022.

Nafan mencermati pada Januari 2020 dan 2021, IHSG ditekan karena pandemi Covid-19. Sementara pada Januari 2023 dan 2024, IHSG ditekan oleh kekhawatiran terjadinya hard landing di AS.

“Sepanjang tahun berjalan ini IHSG sudah negatif, sehingga rasanya January Effect berpeluang tidak jadi. Kecuali IHSG pergerakan IHSG masih positif sepanjang Januari ini,” jelas dia. 

Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Migas Pilihan di Tengah Harga Minyak yang Memanas di Awal 2025

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyebut kondisi tekanan pengetatan suku bunga belakangan ini mulai memudarkan January Effect. 

Ini sebabkan oleh target relaksasi kebijakan ini semakin mengecil yang disebabkan kekhawatiran kebijakan Donald Trump terhadap perlawanan akan inflasi dan juga arah kebijakan Thed Fed yang masih akan hawkish. 

“Hal ini yang membuat investor menahan diri dari pasar saham, tercatat asing juga masih outflow sebesar Rp 1,53 triliun di seluruh perdagangan,” ucap Audi. 

Namun Audi memproyeksikan tekanan akan mulai berangsur membaik seiring dengan rilis kinerja tahun buku 2024. Dengan catatan, hasilnya sesuai dengan ekspektasi pasar. 

Sukarno menimpali tekanan jual akan terus berlangsung hingga saham blue chip yang dijual investor asing sudah berada di harga yang ideal dan valuasinya sudah tergolong murah. 

 

“Tekanan juga akan mulai mereda saat musim jadwal pengumuman pembagian dividen dari tahun buku 2024 pada kuartal satu ini,” jelasnya. 

Secara teknikal, Sukarno memproyeksikan IHSG bisa lanjut turun ke level 6.698. Sementara Nafan mencermati IHSG akan menguji lower low pada wave c sebelumnya di posisi 6.932. 

Lebih lanjut, Sukarno menyarankan investor untuk wait and see pada saham-saham yang dijual oleh investor asing, sambil mencermati saham-saham yang secara teknikal bisa menguat seperti AADI, RAJA, SCMA dan INCO

Selanjutnya: Amerika Serikat Melarang Masuknya Mobil dan Truk Asal China

Menarik Dibaca: Cek 6 Rekomendasi Saham BNI Sekuritas Hari Ini (15/1), Ada BBRI dan BBCA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×