Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga atau BI-Rate sebesar 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18-19 Februari 2025.
Ekonom PT Panin Sekuritas Tbk, Felix Darmawan menilai keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga di level 5,75% ternyata belum cukup menenangkan pasar.
IHSG justru mengalami koreksi cukup dalam, turun 1,14% ke level 6.794,86 pada penutupan perdagangan Rabu (19/2). Pelemahan ini juga diikuti oleh sejumlah perbankan besar.
"Ini menunjukkan kalau investor tidak terlalu puas dengan keputusan BI atau setidaknya masih khawatir dengan kondisi ekonomi ke depan," kata Felix kepada Kontan, Rabu (19/2).
Baca Juga: IHSG Berpotensi Lanjut Melemah pada Kamis (20/2), Cek Saham Pilihan Analis
Dalam jangka pendek, tekanan terhadap pasar saham tampaknya masih akan berlanjut. Ada sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap pelemahan IHSG pada Rabu (19/2), antara lain.
Pertama, ekspektasi pemangkasan suku bunga yang semakin menipis. BI memberikan sinyal bahwa ruang untuk menurunkan suku bunga semakin terbatas.
Sementara itu, Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserves (The Fed) masih belum menunjukkan kejelasan mengenai waktu pemangkasan suku bunga. Hal ini berpotensi membuat rupiah terus berada di bawah tekanan.
Kedua, tekanan terhadap sektor perbankan. Meskipun likuiditas perbankan masih kuat, pertumbuhan kredit melambat menjadi 10,3% YoY pada Januari, sedikit lebih rendah dibandingkan Desember 2024 yang mencapai 10,4%. Dengan suku bunga yang tetap tinggi lebih lama, sektor perbankan bisa terus menghadapi tekanan.
Sejumlah sektor yang saat ini paling rentan terhadap kondisi ini meliputi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Saham-saham perbankan ini mengalami pelemahan karena pasar mulai mempertimbangkan risiko perlambatan pertumbuhan kredit serta dampak dari suku bunga yang tetap tinggi.
Selain itu, sektor yang rentan lainnya ialah properti dan konstruksi. Pasalnya, dengan berkurangnya harapan pemangkasan suku bunga membuat sentimen di sektor ini melemah.
Secara keseluruhan, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga tampaknya belum cukup untuk menjaga optimisme pasar. Investor masih melihat berbagai risiko, terutama terkait pertumbuhan ekonomi dan stabilitas rupiah. Namun, jika BI dapat memangkas suku bunga setelah Idul Fitri, tekanan ini berpotensi mereda.
Dalam kondisi saat ini, sentimen pasar saham masih cenderung negatif, sehingga investor kemungkinan akan lebih selektif sebelum kembali masuk ke pasar. Namun, bagi trader, pelemahan ini juga bisa menjadi peluang untuk masuk ke saham-saham yang sudah berada di level support kuat.
Felix menambahkan saham yang menarik dilirik ialah PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) di sektor properti, serta perusahaan otomotif seperti PT Astra International Tbk (ASII).
Baca Juga: IHSG Melemah 1,14% ke 6.794 pada Rabu (19/2), PGEO, UNTR, INDF Jadi Top Gainers LQ45
Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus, menambahkan bahwa pasar langsung merespons keputusan suku bunga Bank Indonesia dengan aksi jual di sektor perbankan.
"Berdasarkan data yang ada, investor asing mencatatkan outflow hampir Rp 1 triliun," ujar Angga kepada Kontan, Rabu (19/2).
Angga menilai keputusan BI yang sejalan dengan kebijakan higher for longer The Fed menjadi salah satu faktor yang menekan indeks.
Oleh karenanya, Angga merekomendasikan untuk buy on pullback saham BBRI dengan entry di level Rp 4.050-Rp 4.070, serta level support Rp 3.970 dan resistance Rp 4.250.
Tak hanya itu, Angga juga menyarankan untuk buy on pullback saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) pada target harga Rp 2.970-Rp 3.000, dengan level support Rp 2.930 dan resistance Rp 3.130 per saham.
Disisi lain, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menyatakan bahwa keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga di 5,75% sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Dampaknya terhadap IHSG diperkirakan akan cukup stabil, meskipun dengan potensi penguatan yang terbatas," papar Mifathul kepada Kontan, Rabu (19/2).
Keputusan ini terutama berpengaruh pada sektor perbankan, yang cenderung diuntungkan oleh stabilitas suku bunga.
Saham perbankan besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) masih menarik karena suku bunga yang tetap dapat mendukung pertumbuhan kredit, sementara valuasi sahamnya masih tergolong atraktif.
Hal yang sama berlaku untuk sektor properti, dengan saham seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) yang berpotensi tetap menarik bagi investor.
Miftahul merekomendasikan untuk accumulative buy saham BBRI di target harga Rp 4.360 per saham dan hold BSDE dengan target harga Rp 960 per saham.
Selanjutnya: Persaingan Makin Ketat, Bagaimana Potensi Merger E Commerce pada 2025?
Menarik Dibaca: Jelang Ramadan, Pacific Palace Hotel Batam Hadirkan Paket Berbuka Puasa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News