kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih dibayangi pandemi Covid-19, pendapatan Astra (ASII) terkikis 26,37%


Senin, 26 Oktober 2020 / 20:25 WIB
Masih dibayangi pandemi Covid-19, pendapatan Astra (ASII) terkikis 26,37%
ILUSTRASI. Astra (ASII) membukukan penurunan pendapatan bersih hingga 26,37% menjadi Rp 130,35 triliun.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 masih menekan kinerja PT Astra International Tbk (ASII) hingga kuartal III 2020. Mengutip laporan keuangan kuartal III yang belum diaudit, ASII membukukan penurunan pendapatan bersih hingga 26,37% year on year (yoy) menjadi Rp 130,35 triliun. Asal tahu saja, pada periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan ASII mencapai Rp 177,04 triliun. 

"Keseluruhan kinerja Grup Astra selama sembilan bulan pertama tahun 2020 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terutama akibat dari pandemi Covid-19" jelas Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro dalam keterbukaan informasi, Senin (26/10). 

Walau kinerja ASII menurun sejak awal tahun, lanjut Djony, kinerja ASII di kuartal III 2020 mulai membaik dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini dipicu pembatasan terhadap pandemi Covid-19 yang mulai dilonggarkan. 

Sementara itu, laba ASII yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terkikis menjadi Rp 14,04 triliun dari sebelumnya Rp 15,87 triliun. Jumlah laba ini sudah termasuk keuntungan dari penjualan saham Bank Permata. 

Baca Juga: Laba bersih United Tractors (UNTR) turun 38% di kuartal ketiga, ini penyebabnya

Jika keuntungan penjualan dari saham Bank Permata dikecualikan, maka laba bersih ASII menjadi Rp 8,16 triliun. Dengan kata lain, laba bersih ASII tertekan 49% yoy. Mengutip keterangan resminya, mayoritas anak usaha Grup Astra memang mencatatkan penurunan kontribusi laba bersih yang diatribusikan kepada ASII. 

Penurunan paling drastis dialami oleh bisnis otomotif hingga 70% yoy menjadi Rp 1,8 triliun dari sebelumnya Rp 6,06 triliun. Penurunan bisnis ini mencerminkan lesunya penjualan kendaraan selama sembilan bulan pertama 2020. 

Asal tahu saja, penjualan mobil Astra sepanjang Januari hingga September 2020 menurun 51% menjadi 192.400 unit dengan pangsa pasar yang masih stabil di 52%. Walau tercatat lesu, manajemen ASII melihat volume penjualan mobil di kuartal III mulai menggeliat. Tercatat, volume penjualan mobil terkerek menjadi 53.000 unit dari 9.700 unit di kuartal II 2020. 

Tidak jauh berbeda, penjualan Astra atas sepeda motor Honda menurun 38%  sepanjang sembilan bulan pertama 2020, menjadi 2,3 juta unit. Akan tetapi pada kuartal III, penjualan sepeda motor ikut menggeliat hingga  849.000 unit, dari sebelumnya 244.000 unit pada kuartal II 2020. 

Baca Juga: United Tractos (UNTR) menyebut kinerja operasional masih sesuai target

Walau bisnis penjualan kendaraan menunjukkan tanda-tanda pemulihan, bisnis  komponen otomotif melalui  PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) masih tertekan. Hingga kuartal III 2020, AUTO masih dibukukan rugi bersih Rp 243 miliar. Padahal pada kuartal yang sama tahun sebelumnya tercatat laba Rp 512 miliar.  

Penurunan bottom line AUTO dipicu lesunya pendapatan dari segmen segmen pabrikan alias original equipment manufacturer (OEM), pasar suku cadang pengganti atau replacement market (REM) dan segmen ekspor. 

Sementara itu, laba bersih dari bisnis jasa keuangan menurun 36% menjadi Rp 2,8 triliun sepanjang sembilan bulan pertama 2020. Penurunan itu diperberat oleh peningkatan provisi guna menutupi peningkatan kerugian kredit bermasalah pada bisnis pembiayaan konsumen dan alat berat.

Asal tahu saja, bisnis pembiayaan konsumen grup mengalami penurunan nilai pembiayaan baru sebesar 21% menjadi Rp 50,7 triliun. Kontribusi laba bersih dari grup perusahaan yang fokus pada pembiayaan mobil menurun 39% menjadi Rp 669 miliar, sementara kontribusi laba bersih dari PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pembiayaan sepeda motor menurun 37% menjadi Rp 1,2 triliun. 

Baca Juga: Penurunan pendapatan menyebabkan laba Astra Graphia (ASGR) turun 66%

Kedua penurunan tersebut disebabkan oleh provisi kerugian pinjaman yang lebih tinggi, karena peningkatan kredit bermasalah. Sementara itu, total pembiayaan baru yang disalurkan oleh unit usaha grup yang fokus pada pembiayaan alat berat turun sebesar 15% menjadi Rp 2,7 triliun. Kontribusi laba bersih dari segmen ini menurun 54% menjadi Rp 35 miliar.

Perusahaan asuransi umum grup, PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra) juga  mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 3% menjadi Rp 785 miliar. Hal ini dipicu penurunan underwriting income.

Di sisi lain, perusahaan patungan asuransi jiwa grup, PT Astra Aviva Life (Astra Life) menambah lebih dari 1,01 juta nasabah baru asuransi jiwa perorangan dan 55.000 nasabah baru asuransi program kesejahteraan karyawan selama periode ini.

Baca Juga: Pendapatan anjlok 26%, Astra Otoparts (AUTO) rugi Rp 243 miliar hingga kuartal III

Laba dari bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi tercatat juga menurun sebesar 40% menjadi Rp 3,1 triliun. Penurunan ini disebabkan penjualan alat berat dan volume kontrak penambangan yang lebih rendah akibat melemahnya harga batu bara.

Penurunan di segmen pertambangan itu disebabkan, PT United Tractors Tbk (UNTR) yang mencatatkan penurunan laba bersih hingga 38% menjadi Rp 5,3 triliun. 

Adapun anak perusahaan UNTR di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 11% menjadi 7,1 juta ton, termasuk penjualan 1,2 juta ton coking coal. Akan tetapi, kinerja bisnisnya juga terdampak harga batu bara yang lebih rendah. Anak usaha UNTR yang lain, PT Agincourt Resources, melaporkan penurunan penjualan emas sebesar 16% menjadi 256.000 ons. 

Di sisi lain, anak usaha  UNTR lainnya PT Acset IndonusaTbk (ACST), melaporkan rugi bersih sebesar Rp 753 miliar terutama karena perlambatan penyelesaian beberapa proyek yang sedang berjalan dan berkurangnya pekerjaan konstruksi selama masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Pasar mulai pulih, penjualan alat berat United Tractors (UNTR) naik di September 2020

Sementara itu, penjualan alat berat Komatsu tertekan 54% menjadi 1.191 unit. Adapun pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga menurun. 

Adapun dari kontraktor penambangan, PT Pamapersada Nusantara mencatatkan penurunan volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 16% menjadi 631 juta bank cubic meters dan penurunan produksi batu bara sebesar 12% menjadi 85 juta ton.

Dari bisnis agribisnis, kontribusi laba bersih mencapai Rp 464 miliar. Jumlah ini meningkat signifikan karena harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi. 

Baca Juga: Dirut Astra Agro Lestari lebih pilih mencuci tangan daripada pakai hand sanitizer

Rinciannya, PT PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami  peningkatan laba bersih dari Rp 111 miliar menjadi Rp583 miliar, terutama disebabkan oleh meningkatnya harga minyak kelapa sawit sebesar 27% menjadi Rp8.194 per kg.  Akan tetapi, volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya menurun sebesar 12% menjadi 1,5 juta ton.

Sementara dari bisnis infrastruktur dan logistik mengalami rugi bersih hingga Rp 59 miliar hingga kuartal III 2020. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, bisnis ini bisa mencatatkan laba hingga Rp 155 miliar. Adapun penurunan ini disebabkan lesunya pendapatan jalan tol dan penurunan marjin operasi pada PT Serasi Autoraya (SERA). 

Asal tahu saja, terjadi penurunan volume lalu lintas sebesar 15% pada konsesi jalan tol Grup Astra. Padahal, Astra mempunyai kepemilikan saham di 350 km ruas jalan tol yang telah beroperasi sepanjang jaringan jalan tol Trans-Jawa dan tol lingkar luar Jakarta. 

Sehingga, laba bersih SERA menurun sebesar 56% menjadi Rp 65 miliar. Terutama karena marjin operasi yang lebih rendah dan penurunan volume penjualan mobil bekas, walau jumlah kontrak sewa kendaraan naik sebesar 2% menjadi 22.900 unit.

Baca Juga: Gara-gara cuaca, Astra Agro Lestari (AALI) proyeksi produksi CPO turun di 2020

Sementara dari bisnis teknologi informasi, laba bersihnya menurun 66% menjadi Rp26 miliar. Hal ini terutama disebabkan penurunan pendapatan dari bisnis solusi dokumen dan layanan perkantoran PT Astra Graphia Tbk (ASGR). Sekadar informasi, ASGR mencatatkan pendapatan Rp 2,35 triliun hingga kuartal III 2020 turun dari sebelumnya Rp 2,75 triliun. 

Adapun untuk segmen properti, terjadi  peningkatan laba bersih dari Rp 41 miliar menjadi Rp 86 miliar. Kenaikan ini didorong tingkat hunian yang lebih tinggi di Menara Astra dan pengakuan laba dari proyek pengembangan Asya Residences. 

Lebih lanjut manajemen Astra menjelaskan, pandemi Covid-19 masih masih akan mempengaruhi kinerja Grup hingga akhir tahun ini. Sehingga ASII masih akan melanjutkan langkah-langkah untuk mengendalikan dampak pandemi Covid-19.

Baca Juga: Produksi AALI Terganjal Kemarau, Target Penjualan Disesuaikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×