Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Ade menyebutkan, terdapat beberapa faktor yang akan mendorong reksadana indeks mungkin bakal melampaui kinerja reksadana yang dikelola secara aktif di tahun 2025-2027 mendatang.
Pertama, reksadana indeks bersifat pasif yang bergantung pada kinerja indeks acuan dinilai lebih mudah dimengerti oleh nasabah. Kedua, reksadana memiliki limitasi terkait tracking error yang membuat dampaknya lebih efisien. Ketiga, total expense ratio reksadana pasif biasanya relatif kecil daripada reksadana pengelolaan aktif.
Ade menambahkan, reksadana indeks pun bukan berarti kinerja hanya bergantung pada pergerakan indeks acuan. BNI AM selaku Manajer Investasi juga rutin mengevaluasi performa indeks dan berusaha mengatur porsi besaran pada aset-aset yang mendasari (underlying asset) reksadana tersebut.
“Investor juga bisa memilih reksadana pada indeks-indeks tertentu saat kondisi pasar volatil. Dengan demikian, reksadana indeks tetap bisa dimanfaatkan bukan hanya bergantung pada indeks yang bergerak pada siklus tertentu,” ujar Ade saat ditemui di Jakarta, Senin (20/5).
BNI AM sendiri memiliki produk unggulan di kelas indeks yakni BNI AM Indeks IDX30. Kinerja return produk tersebut mengalami koreksi sekitar 3,03% YtD per 30 April 2024, mengikuti performa indeks IDX30 yang turun 4,96% YtD.
Terlepas dari koreksi return, produk reksadana kelolaan BNI AM, Panin AM dan BNP Paribas AM masih terdepan di kelas aset indeks dari sisi jumlah pengelolaan AUM.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 30 April 2024, BNP Paribas Sri Kehati mengelola AUM terbesar Rp 3,24 triliun, disusul BNI AM Indeks IDX 30 sebesar Rp 1,43 triliun, serta Panin IDX30 Kelas A sebesar Rp 1,38 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News