Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham mencatatkan kinerja positif di Januari 2024. Padahal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mencatat kinerja minus 0,89% di awal tahun ini.
Mengutip Infovesta, return tertinggi pada Januari mayoritas ditempati produk-produk saham. Hal ini tercermin dari kenaikan indeks reksadana saham 0,29% MoM di Januari 2024.
Kinerja tersebut lebih tinggi daripada produk reksadana campuran yang bertumbuh 0,07% MoM dan reksadana pendapatan tetap sebesar 0,28% MoM. Namun secara kumulatif masih di bawah pertumbuhan produk reksadana pasar uang 0,41% MoM.
Baca Juga: Intip Strategi Manajer Investasi Kelola Reksadana Saham Unggulan di Januari 2024
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, produk saham dapat mengurangi dampak dari fluktuasi nilai tukar mata uang asing. Sebab sebagian besar saham yang diinvestasikan adalah saham dalam negeri.
Salah satu produk HPAM, HPAM Saham Dinamis tercatat menduduki 10 besar produk reksadana dengan return tertinggi di Januari 2024, sebesar 3,63% MoM.
Reza menjelaskan, produk tersebut merupakan produk yang bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan nilai investasi yang agresif dan optimal dalam jangka panjang.
"Pendorong kinerja produk ini adalah portofolio saham yang diversifikasi dan berkualitas, serta manajemen risiko yang efektif," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (6/2).
Beberapa saham yang menjadi andalan produk ini adalah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Tbk, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan TP Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Baca Juga: Strategi Manajer Investasi Kelola Reksadana Saham Unggulan di November 2023
Adapun saat ini HPAM menyukai saham sektor konsumsi, infrastruktur, dan teknologi. Dipaparkan, sektor konsumsi diharapkan dapat tumbuh seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat, terutama setelah pandemi Covid-19 berakhir.
Sektor infrastruktur dianggap sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia karena dapat meningkatkan konektivitas, produktivitas, dan kesejahteraan.
Sektor teknologi memiliki prospek yang cerah karena dapat memberikan solusi-solusi inovatif dan efisien untuk berbagai kebutuhan masyarakat dan bisnis.
"Strategi perusahaan dalam memilih saham adalah dengan melakukan analisis fundamental dan teknikal secara komprehensif, serta mempertimbangkan faktor-faktor makroekonomi, industri, dan perusahaan," terangnya.