kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

MAMI: Pasar Obligasi Berpotensi Positif Saat Pemangkasan Suku Bunga


Minggu, 22 September 2024 / 12:51 WIB
MAMI: Pasar Obligasi Berpotensi Positif Saat Pemangkasan Suku Bunga
ILUSTRASI. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) melihat siklus pemangkasan suku bunga akan berdampak positif bagi pasar obligasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) melihat siklus pemangkasan suku bunga akan berdampak positif bagi pasar obligasi. 

Ini karena pasar obligasi punya hubungan yang erat antara suku bunga, imbal hasil obligasi, dan harga obligasi. Instrumen obligasi diminati ketika suku bunga turun karena investor dapat mengunci imbal hasil di level tinggi.

Selain itu, obligasi menawarkan potensi capital gain dan elemen stabilitas bagi portofolio investor. Sehingga bisa menjadi opsi bagi investor untuk mendapatkan potensi capital gain memasuki periode pemangkasan suku bunga global. 

Baca Juga: Suku Bunga Dipangkas, Unitlink Pendapatan Tetap Bakal Ketiban Berkah

Laras Febriany, Portfolio Manager dan Fixed Income MAMI mencermati empat siklus pemangkasan suku bunga BI sebelumnya yang terjadi di 2011, 2016, 2019, dan 2020 secara rat-rata indeks BINDO mencatat kinerja positif 18%. 

"Dimulainya siklus pemangkasan suku bunga The Fed diperkirakan dapat menjadi iklim yang suportif bagi Rupiah dan bisa menarik arus dana asing masuk ke pasar obligasi Indonesia lebih lanjut,” jelas Laras dalam keterangan resmi, Minggu (22/9). 

Apalagi secara fundamental Indonesia memiliki profil ekonomi yang menarik di antara negara berkembang lain, didukung oleh tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi yang stabil, inflasi rendah, tingkat utang negara rendah, kondisi politik stabil, dan tingkat imbal hasil obligasi yang tinggi. 

Hal kemudian menjadi daya tarik investor asing untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia. Menurut Laras langka bagi suatu negara berkembang memiliki profil yang cukup baik secara menyeluruh, karena biasanya ada saja masalah pada salah satu faktor tersebut.

“Dengan profil yang menarik itu, faktor kunci bagi investor adalah pada stabilitas nilai tukar rupiah, karena pelemahan nilai tukar akan menggerus potensi imbal hasil bagi investor asing, membuat obligasi Indonesia kurang menarik, dan pada akhirnya dapat membuat arus dana asing berbalik," lanjut Laras. 

Ditambah lagi pasar tidak bergerak dalam garis lurus. Maka dari itu karakter obligasi yang defensif memberikan elemen stabilitas untuk menjaga keseimbangan portofolio investor.

Baca Juga: Suku Bunga Turun, Unitlink Kian Prospektif

Laras menyarankan reksadana obligasi dapat menjadi opsi bagi investor untuk menangkap potensi di pasar obligasi.

Dengan reksadana obligasi investor dapat memiliki eksposur obligasi yang terdiversifikasi di berbagai tenor dan jenis obligasi, serta pengelolaan secara aktif yang dilakukan manajer investasi untuk menyesuaikan strategi portofolio dengan kondisi terkini.

Ke depannya, konsensus pasar memperkirakan BI akan bergerak lebih konservatif dibanding The Fed, dengan The Fed diperkirakan menurunkan suku bunga di kisaran 200 bps hingga akhir 2025, sementara BI di kisaran 100 bps di periode sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×