Reporter: Aris Nurjani | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan laba bersih mencapai Rp 182,55 miliar di kuartal I-2022. Jumlah tersebut turun 48,04% bila dibandingkan periode yang sama tahun 2021, yang mencapai Rp 351,58 miliar.
Padahal, di saat yang sama, INTP membukukan kenaikan pendapatan sebesar 3,4% menjadi Rp 3,55 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2022.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Michael Filbery dalam risetnya mengatakan, laba bersih kuartal I 2022 INTP di bawah perkiraan.
"Karena pertumbuhan cost of goods sold (COGS) sebesar 11,1% secara tahunan melebihi pertumbuhan pendapatan sebanyak 3,5% secara tahunan dan operasional biaya naik sebesar 5,7% secara tahunan, yang selanjutnya menghasilkan 49,6% lebih rendah dalam pendapatan operasional," jelas Michael.
Secara kuartalan, INTP juga menderita penurunan laba operasi yang cukup dalam. Yakni hingga 63,1% jika dibandingkan dengan kuartal IV-2021. Koreksi laba tersebut terjadi karena pendapatan INTP juga turun 14,5% secara kuartal.
Baca Juga: Simak Estimasi Yield dan Jadwal Pembagian Dividen Indocement (INTP)
Profitabilitas INTP semakin terbebani oleh peningkatan biaya keuangan sebesar 7,5% secara kuartal, ditambah dengan penurunan pendapatan keuangan sebesar 21,6% secara kuartal.
Michael bilang, volume penjualan semen INTP di periode Januari-Maret 2022 juga turun tipis 0,9% secara tahunan. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan pasar semen yang mencapai 4,7% yoy di kuartal I-2022.
Penurunan penjualan ini karena harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) INTP naik pada bulan Maret. Sementara itu, pemain semen lainnya belum mengerek harga.
Selanjutnya pemicu penurunan volume lainnya berasal dari kontraksi pada pasar di bulan Februari dan Maret, masing-masing turun sebesar 2,6% yoy dan 15,4% yoy.
Sementara itu, segmen massal menunjukkan pertumbuhan yang jelas sebesar 18,0% pada Maret.
Dimana permintaan semen di wilayah Jawa secara keseluruhan didorong oleh permintaan beton yang lebih tinggi yang pasokan untuk pembangunan infrastruktur dan proyek komersial, sementara pertumbuhan massal di di luar Jawa didukung oleh proyek smelter di Sulawesi.
Michael memproyeksikan volume penjualan INTP akan mencapai 3,6 juta ton atau naik 0,8% yoy di kuartal kedua 2022. Prediksi penjualan ini turun 5,5% secara ketimbang kuartal pertama 2022.
Di sisi lain, dia juga melihat potensi penurunan pendapatan yang INTP di tahun ini. Hal tersebut terkait erat dengan biaya yang lebih tinggi sejak awal tahun ini.
"Lonjakan harga batubara yang terus-menerus meningkatkan beban pokok pendapatan, terutama pada biaya bahan bakar per ton di kuartal I-2022, yang melonjak 54,5% secara tahunan menjadi Rp 372,3 ribu per ton sehingga keadaan ini menekan margin INTP keseluruhan karena 54% biaya produksi berasal dari biaya energi," jelas Michael.
Hambatan lain yang dapat memperburuk kinerja INTP juga berasal dari kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Alhasil, profitabilitas perusahaan bisa tertekan.
Baca Juga: Kenaikan Harga Batubara Mengintai Kinerja Emiten Semen
Selain itu pendapatan kuartal I-2022 yang lebih buruk dari perkiraan membuat Michael merevisi pendapatan INTP sepanjang tahun 2022-2023 dengan turun 15,4%/11,6%. Karena memperkirakan biaya tunai yang lebih tinggi akan menekan INTP profitabilitas sepanjang tahun ini.
"Rata-rata harga batubara sepanjang tahun 2022 kami yang lebih tinggi sebesar US$ 180 per ton mendorong untuk meningkatkan pertumbuhan biaya bahan bakar per ton menjadi 7,3% secara tahunan," tutur Michael.
Walau begitu, Michael masih merekomendasikan hold saham INTP dengan target harga Rp 9.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News