Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak kenaikan harga batubara mulai tercermin pada kinerja keuangan emiten semen per kuartal pertama 2022. Dari dua emiten yang telah merilis laporan keuangan, semuanya mengalami penurunan kinerja laba bersih secara tahunan.
Kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) misalnya, mengalami penurunan laba bersih sebesar 48,04% menjadi senilai Rp 182,55 miliar sepanjang kuartal pertama 2022. Sebagai perbandingan, laba bersih INTP di periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 351,58 miliar.
Meski demikian, INTP berhasil meningkatkan kinerja top line. INTP membukukan pendapatan senilai Rp 3,55 triliun sepanjang kuartal pertama 2022. Realisasi ini masih naik 3,4% dari pendapatan periode yang sama tahun lalu
Baca Juga: Perusahaan Batubara Jaga Level Produksi di Tahun Ini
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengamini, penurunan laba bersih INTP karena adanya kenaikan biaya energi yang sangat signifikan akibat naiknya harga batubara hampir tiga kali lipat.
Marcos menyebut, biaya energi kurang lebih mewakili 40% dari total biaya produksi semen. Sehingga, kenaikan harga beli batubara tentunya mengakibatkan kenaikan yang signifikan pada ongkos produksi semen milik INTP.
Memang, dalam laporan keuangan, beban pokok pendapatan INTP terpantau naik 11,07% menjadi Rp 2,59 triliun dari sebelumnya Rp 2,33 triliun. Salah satu komponen yang naik adalah beban bahan bakar dan listrik yang naik 53,12% menjadi Rp 1,42 triliun dari sebelumnya Rp 928,56 miliar.
“Perlu diketahui sampai dengan akhir Maret 2022, kami belum mendapatkan sama sekali alokasi harga beli batubara sesuai harga domestic market obligation (DMO),” terang Marcos kepada Kontan.co.id, Selasa (17/5).
Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Batubara Ajukan Revisi RKAB
Oleh karena itu, produsen semen merk Tiga Roda ini berharap agar pihak Pemerintah melalui Dirjen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dapat mengeluarkan kebijakan kebijakan yang tegas agar semua pemain semen mendapat perlakuan yang sama terkait dengan harga batubara dengan skema DMO.
Asal tahu, INTP mengalami penurunan volume penjualan sepanjang Maret 2022. INTP mencatat volume penjualan sebesar 1.3 juta ton lebih pada periode Maret 2022. Realisasi ini sekitar 7% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan untuk akumulasi sampai dengan Maret 2022, total volume penjualan semen domestik INTP hampir mencapai 4 juta ton. Realisasi ini hampir sama dengan pencapaian di periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Laba Emiten LQ45 di Kuartal I 2022 Semakin Tebal
Marcos mengaku, penurunan penjualan pada Maret 2022 disebabkan INTP yang mulai menaikkan harga jual sebagai antisipasi dari kenaikan ongkos-ongkos produksi. Hanya saja, menurut Marcos penurunan volume penjualan ini merupakan sesuatu yang normal terjadi. “Dimana saat adanya kenaikan harga maka akan terpengaruh dengan volume penjualan, jadi ini sifatnya sementara saja,” sambung dia.
Emiten semen lainnya yang mengalami penurunan kinerja adalah PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). SMBR membukukan laba bersih sebesar Rp 9,55 miliar. Jumlah ini menurun 46,87% dari laba bersih di periode kuartal pertama 2021 yang mencapai Rp 17,97 miliar.
Penurunan laba bersih ini terjadi di tengah naiknya pendapatan SMBR. Emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini membukukan pendapatan senilai Rp 416,23 miliar. Meski tipis, pendapatan SMBR berhasil naik 3,15% dari pendapatan di periode yang sama tahun 2021 sebesar 403,49 miliar.
Baca Juga: APBI Menilai Tren Harga Batubara Masih di Level yang Cukup Baik
Sama seperti INTP, beban pokok penjualan SMBR juga ikut naik sebesar 7,5% menjadi Rp 222,63 miliar dari sebelumnya Rp 207,08 miliar. Salah satu komponen yang naik adalah biaya bahan bakar dan listrik yang naik 17,62% menjadi Rp 90,29 miliar.
Ke depan, INTP akan terus berupaya bernegosiasi dengan para pemasok batubara untuk dapat mendapatkan harga batubara DMO. Selain itu, INTP juga terus meningkatkan pemakaian bahan bakar alternatif yang semakin hari jumlahnya terus meningkat.
Baca Juga: Mengukur Prospek Penghuni Baru Saham MSCI Index
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Michael Filbery menurunkan rating INTP dari semula beli menjadi hold dengan target harga Rp 9.600. Michael menilai, kinerja INTP sepanjang kuartal pertama 2022 berada di bawah ekspektasi yang dipasang. Realisasi ini hanya mencerminkan 9,9% dari proyeksi sepanjang 2022.
Dengan proyeksi harga rata-rata harga batubara yang lebih tinggi, yakni US$ 180 per ton, Ciptadana Sekuritas meningkatkan pertumbuhan biaya bahan bakar per ton INTP sebesar 7,3% secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News