Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pendapatan dan laba bersih PT United Tractors Tbk (UNTR) tumbuh tipis dalam sembilan bulan pertama 2024. UNTR mengantongi pendapatan bersih senilai Rp 99,55 triliun atau tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Year on Year/YoY).
Sebagai perbandingkan, pada September 2023 UNTR mencetak pendapatan sebesar Rp 97,59 triliun. Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan UNTR terdongkrak sebanyak 2,66% (YoY) menjadi Rp 73,84 triliun.
Hasil itu membawa UNTR membukukan laba bruto senilai Rp 25,71 triliun atau naik tipis 0,15% secara tahunan. Laba periode berjalan UNTR lantas menyusut 1,27% (YoY) dari Rp 16,44 triliun menjadi Rp 16,23 triliun hingga September 2024.
Dari hasil tersebut, UNTR meraih laba bersih senilai Rp 15,59 triliun sampai dengan kuartal III-2024. Keuntungan UNTR tumbuh 1,62% dibandingkan laba setelah pajak yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 15,34 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Masih Ada Potensi Pasar Komoditas, Intip Rekomendasi Saham United Tractors (UNTR)
Manajemen UNTR menjelaskan pendapatan konsolidasian mampu tumbuh terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja dari segmen kontraktor penambangan serta pertambangan emas dan mineral lainnya. Kenaikan di kedua segmen tersebut lebih besar dibandingkan penurunan kinerja pada segmen mesin konstruksi dan pertambangan batubara.
Berikut capaian kinerja operasional UNTR dari masing-masing unit usahanya:
1. Unit usaha mesin konstruksi
Hingga September 2024, volume penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 3.321 unit. Turun sekitar 24% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 4.365 unit.
Sementara itu, penjualan produk merek lainnya yaitu Scania terutama dari truk, turun dari 605 unit menjadi 298 unit. Kemudian, penjualan produk UD Trucks turun dari 249 unit menjadi 156 unit.
"Disebabkan oleh penurunan permintaan terutama di sektor pertambangan," ungkap Manajemen UNTR dalam keterbukaan informasi, Rabu (30/10).
Pendapatan UNTR dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat turun sekitar 6% dari Rp 8,9 triliun menjadi Rp 8,4 triliun. Secara keseluruhan, pendapatan unit usaha mesin konstruksi turun sekitar 8% dari Rp 28,7 triliun menjadi Rp 26,5 triliun.
2. Unit usaha kontraktor penambangan
Unit usaha UNTR di bidang Kontraktor Penambangan dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan anak usahanya, PT Kalimantan Prima Persada (KPP). Sampai dengan kuartal III-2024, PAMA Grup membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 43,6 triliun atau naik 11% dari Rp 39,1 triliun pada periode yang sama tahun 2023.
PAMA Grup mencatat peningkatan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) sebesar 9% menjadi 921 juta bank cubic meter (bcm). Sedangkan volume produksi batubara untuk para kliennya naik sekitar 17% menjadi 111 juta ton dengan rata-rata stripping ratio sebesar 8,3x.
3. Unit usaha pertambangan batubara
Unit usaha UNTR di bidang pertambangan batubara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Tambang batubara TTA mencatatkan volume penjualan sebesar 8,1 juta ton (termasuk 2,4 juta ton batubara metalurgi).
Baca Juga: United Tractors (UNTR) Update Transaksi Akuisisi Supreme Energy Rp 1,25 Triliun
Total volume penjualan batu bara termasuk batubara pihak ketiga mencapai 10,2 juta ton, 19% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, pendapatan bersih unit usaha pertambangan batubara turun sekitar 14% (YoY) dari Rp 24 triliun menjadi Rp 20,6 triliun, karena penurunan rata-rata harga jual batubara.
4. Unit usaha pertambangan emas dan mineral lainnya
Unit usaha ini mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 57% menjadi Rp 6,7 triliun. Sebagian besar disebabkan oleh peningkatan harga jual rata-rata emas sebesar 21% dari US$ 1.933 per ons menjadi US$ 2.330 per ons.
Pertambangan emas
Sampai dengan bulan September 2024, total penjualan setara emas dari tambang emas Martabe yang dioperasikan oleh PT Agincourt Resources mencapai 165.000 ons atau naik 12%. Sementara itu, PT Sumbawa Jutaraya telah memulai produksi di triwulan kedua 2024 dan diharapkan dapat mulai mencatatkan penjualan emas di triwulan keempat tahun 2024.
Baca Juga: Arkora Hydro (ARKO) Targetkan Pembangkit Listrik Yaentu Produksi 62,5 GWh per Tahun
Bisnis nikel
PT Stargate Pasific Resources (SPR) yang mengoperasikan tambang nikel di Konawe Utara mencatatkan penjualan bijih nikel sebesar 1.369.000 wet metric ton (wmt) hingga kuartal III-2024. Terdiri dari 599.000 wmt saprolit dan 770.000 wmt limonit.
Sementara itu, operasional Rotary Kiln-Electric Furnance (RKEF) dari Nickel Industries Limited (NIC) melaporkan penjualan 65.032 ton logam nikel pada semester I-2024. Adapun, UNTR mengakuisisi NIC pada September 2023 dengan kepemilikan 19,99%.
5. Unit usaha industri konstruksi
PT Acset Indonusa Tbk (ACST) hingga kuartal III-2024 membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 2,1 triliun atau naik 37%. Namun, ACST membukukan rugi bersih sebesar Rp 286 miliar, dibandingkan rugi bersih Rp 151 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
6. Unit usaha energi
Sampai dengan September 2024, PT Energia Prima Nusantara (EPN) telah memasang Rooftop Solar PV sebesar 2,4 megawatt peak (MWp) sehingga secara kumulatif Rooftop Solar PV yang terpasang sejak tahun 2018 hingga triwulan ketiga 2024 mencapai 17,5 MWp.
EPN saat ini mengoperasikan dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) aliran sungai langsung yaitu PLTM Kalipelus berkapasitas 0,5 MW di Jawa Tengah dan PLTM Besai Kemu berkapasitas 7 MW di Lampung, yang mulai beroperasi secara komersial pada Januari 2024.
PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) yang dimiliki sebesar 31,49% mengoperasikan dua PLTA aliran sungai langsung dengan kapasitas total 17,4 MW dan dua PLTA aliran sungai langsung yang sedang dalam tahap konstruksi. Kapasitas total 15,4 MW, yang dijadwalkan akan beroperasi secara komersial pada tahun 2024 dan 2025.
PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) yang dimiliki secara langsung dan tidak langsung sebesar 32,7% memiliki proyek panas bumi yang beroperasi di Sumatera Selatan dengan kapasitas terpasang sebesar 91,2 MW.
"Perseroan telah menetapkan bisnis energi baru dan terbarukan sebagai salah satu strategi transisi," tandas Manajemen UNTR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News