Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada pekan pendek dengan hanya tiga hari perdagangan, nilai tukar rupiah menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Jumat (24/3), kurs rupiah spot menguat 1,25% ke level Rp 15.153 per dolar AS. Sedangkan kurs rupiah Jisdor kemarin menguat 1,04% ke Rp 15.189 per dolar AS.
Dalam sepekan, kurs rupiah spot menguat 1,25% dari posisi penutupan Jumat pekan lalu di Rp 15.345 per dolar AS. Sedangkan kurs rupiah Jisdor menguat 1,13% dalam sepekan dari Rp 15.364 per dolar AS pada Jumat (17/3) pekan lalu.
Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis points (bps) pada Rabu (22/3) sebenarnya sesuai dengan perkiraan pasar. Alhasil, langkah The Fed tersebut sebenarnya tidak menguatkan atau melemahkan rupiah.
Akan tetapi, dari pernyataannya, The Fed membuka opsi untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun ini. "Hal ini terdengar dovish sehingga melemahkan dolar AS," ucap Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (24/3).
Baca Juga: Kian Perkasa, Rupiah Spot Menguat ke Rp 15.180 Per Dolar AS Pada Tengah Hari Ini
Namun, Lukman melihat, efek dari hasil Federal Open Market Committee (FOMC) meeting ini sudah hampir tidak ada. Oleh sebab itu, penguatan maupun perlemahan rupiah ke depannya akan tergantung dengan sentimen di pasar yang akan fokus pada perkembangan seputar kejatuhan perbankan di AS dan Eropa.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, rupiah juga mendapatkan sentimen positif dari laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Lembaga tersebut menyatakan bahwa negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia tidak akan terlalu terdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Pasalnya, ekonomi China terus bergulir sehingga ikut memutar roda perekonomian Indonesia. Selain itu, OECD memperkirakan inflasi Indonesia pada sekitar tahun 2023 hingga 2024 akan melandai meski tak langsung ke level rendah. Inflasi Indonesia pada tahun 2023 akan berada di level moderat.
Baca Juga: Berotot, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.153 Per Dolar AS Pada Hari Ini (24/3)
Di sisi lain, OECD tetap melihat tantangan yang membayangi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, yakni ketegangan geopolitik yang masih belum tahu kapan akan berakhir. "Hal ini berdampak terhadap risiko pangan dan energi," ucap Ibrahim.
Kemudian, suku bunga yang lebih tinggi akan memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan dapat menyebabkan masalah keuangan. Banyak negara berkembang akan menghadapi kesusahan akibat membengkaknya utang serta defisit seiring kenaikan suku bunga acuan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News