Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Target penerbitan Surat Utang Negara (SUN) resmi ditambah. Seperti diberitakan sebelumnya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2015 target penerbitan SUN netto naik Rp 20,7 triliun menjadi Rp 297,7 triliun. Sehingga target penerbitan bruto otomatis naik menjadi Rp 451,36 triliun yang sebelumnya pada APBN 2015 sebesar Rp 430,66 triliun.
Dengan bertambahnya pasokan SUN, berpotensi akan meningkatkan yield dan menurunkan harga di pasar sekunder. “Karena investor melihat pemerintah sedang butuh utang. Sehingga investor bisa meminta yield lebih tinggi di saat lelang SUN,” ujar I Made Adi Saputra, fixed income analyst BNI Securities.
Hanya saja saat ini masih terdapat minat investor asing yang sangat tinggi terhadap pasar SUN. Ini tak lepas dari program rencana ekonomi pemerintah yang disambut positif oleh investor. Serta juga didukung oleh data neraca perdagangan per Januari kemarin yang surplus US$ 710 juta.
Menurut Made hal ini justru akan membuat investor asing meminta yield yang kompetitif di tengah bertambahnya pasokan SUN. Sehingga ia memprediksi tingkat yield saat ini masih bisa terkoreksi. “Terlebih penambahan yang hanya Rp 20,7 triliun bisa didapat hanya dari dua kali lelang SUN,” ujar Made.
Made memperkirakan faktor utama penggerak harga dan yield SUN merupakan tingkat nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ini tak lain dikarenakan mayoritas pemegang SUN merupakan investor asing yang sangat memperhatikan pergerakan kurs untuk menghindari merugi akibat resiko nilai tukar mata uang.
Adapun resiko kenaikan tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dipandang tidak akan berpengaruh besar terhadap pasar SUN lantaran tingkat yield SUN domestik masih menarik bagi investor.
Head of Debt Research Danareksa Sekuritas, Yudistira Slamet mengatakan, kurs merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kinerja pasar SUN ke depan. Ia menjabarkan dominasi asing di pasar SUN sudah tak terbendung dan menggeser investor domestik.
“Kalau kita lihat setiap hasil lelang mayoritas yang dimenangkan itu investor asing karena yield yang diminta cukup rendah. Ini memang menguntungkan untuk pemerintah sebab cost of fund ikut rendah,” ungkapnya.
Namun di satu sisi, dampaknya investor domestik sudah tak lagi tertarik kepada pasar SUN lantaran yield yang sangat rendah. Ia mengatakan investor domestik banyak yang beralih ke instrumen deposito karena mendapat bunga yang lebih tinggi dibanding yield SUN saat ini.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) yang kini berganti nama menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJP2R) melansir kepemilikan asing di SUN per 13 Februari 2015 sebesar Rp 497,8 triliun atau setara 39,71% dari total outstanding SUN yang dapat diperdagangkan.
Mengutip laman resmi Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), yield SUN FR0070 per kemarin (16/2) sebesar 7,25% turun 9 basis poin dibanding sehari sebelumnya. Prediksi Yudistira yield ini masih akan bergerak di kisaran 7,2% hingga 7,3% selama pergerakan rupiah masih dikisaran saat ini yakni Rp 12.600 hingga Rp 12.700.
Sedangkan Made memprediksi yield tersebut masih bisa turun hingga ke level 7,1% pada kuartal I-2015. “Dengan catatan minat investor asing masih tinggi seperti sekarang,” tambahnya.
Made menambahkan perseteruan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Polri juga menjadi perhatian investor. Menurutnya investor ingin ini cepat selesai agar pemerintahan Presiden Joko Widodo kembali fokus pada rencana program ekonomi pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News