kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.220   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Performa SUN memoles reksadana


Rabu, 04 Februari 2015 / 07:38 WIB
Performa SUN memoles reksadana
ILUSTRASI. SIM Keliling Bekasi & Bogor Hari Ini (18/8), Perpanjang SIM Sebelum Berakhir


Reporter: Noor Muhammad Falih, Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Performa pasar obligasi yang cemerlang, memoles kinerja reksadana pendapatan tetap. Data Infovesta Utama menunjukkan, indeks imbal hasil reksadana pendapatan tetap (IRDPT) bulan Januari 2015 sebesar 3,31%. Pencapaian ini melampaui kinerja reksadana jenis lain.

Infovesta juga mencatat,  sebanyak 57 produk atau setara 44,8% dari total jumlah reksadana pendapatan tetap menorehkan imbal hasil di atas IRDPT.  Kinerja  molek ini tak terlepas dari strategi portofolio reksadana pendapatan tetap yang memaksimalkan alokasi di pasar Surat Utang Negara (SUN), yang tengah bullish. Sebagai gambaran, INDOBex Government Total Return sepanjang Januari 2015 tumbuh sebesar 6,26%.

Danareksa Investment Management salah satu pengelola yang memanfaatkan momentum tersebut. Tak heran, produk Danareksa Melati Pendapatan Utama menempati urutan kelima return tertinggi yaitu mencapai 6,85%. 

Direktur Utama Danareksa Investment Management Prihatmo Hari mengatakan, reksadana ini memutar 70% portofolio di efek SUN. Agar return produk ini bisa maksimal,  DIM tengah menyesuaikan durasi obligasi. “Sebab, saat ini, yield obligasi global dan domestik relatif turun. Dari  domestik tidak lepas dari tingkat inflasi yang mengecil,"  ujarnya, Selasa (3/2). 

Ashmore Asset Management Indonesia juga memaksimalkan alokasi aset di pasar SUN  Alhasil, salah satu produk pendapatan tetap kelolaannya, Ashmore Dana Obligas Nusantara sukses meraih return 6,69% di Januari lalu. 

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar menyebut,  per Januari lalu, portofolio efek SUN pada produk tersebut antara 75%-80%. Obligasi yang dikoleksi merupakan SUN tenor panjang, yakni 13 tahun-20 tahun. “Ini untuk mengejar durasi," ujarnya.

Pasalnya, kata Anil, ada tren penurunan kurva imbal hasil (yield) SUN lantaran data makro ekonomi Indonesia membaik dan rencana pemerintah mempersingkat rata-rata waktu jatuh tempo SUN, dari 10 tahun ke kisaran 9 tahun. Ini menyebabkan SUN tenor panjang lebih bernilai.

Sementara, porsi obligasi korporasi pada Ashmore Dana Obligasi maksimal 20%. Per Januari lalu, seluruh aset dasar obligasi korporasi pada produk ini  minimal berperingkat AA, dengan tenor maksimal tiga tahun.

Analis Infovesta Utama, Edbert Suryajaya mengatakan, sudah lazim reksadana pendapatan tetap yang mengalokasikan mayoritas dana kelolaan pada SUN mendapat keuntungan. “Karena pertumbuhan return obligasi korporasi relatif stagnan. Manajer investasi (MI) hanya bisa mengandalkan kupon untuk jenis efek ini,” jelasnya.

Potensi koreksi

Meski pada awal 2015, reksadana pendapatan tetap meraih return menarik, Edbert memprediksi,  tersebut tak berlangsung jangka panjang. Menurutnya, tingkat yield sudah terlampau rendah. Terlebih masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). "Tren bullish pasar SUN bisa terjadi selama kuartal I, tapi dan mulai koreksi di kuartal II,” tebak Edbert..

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto sependapat. Menurutnya, pasar obligasi masih positif hingga Februari, tapi dalam jangka panjang masih dibayangi risiko pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Menurut dia, terdapat potensi dana asing keluar (capital outflow) sekitar Rp 12 triliun dari pasar SUN apabila rupiah melemah ke level Rp 13.000 per dollar AS. Keluarnya dana asing akan memicu tekanan terhadap pasar obligasi.  

Sepanjang Desember 2014 lalu saja terdapat outflow sekitar Rp 25 triliun yang menyebabkan pasar obligasi terkoreksi 5%. "Jadi, di jangka panjang masih ada potensi tekanan di pasar obligasi, " prediksi Handy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×