kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Investor asing makin ramai masuk SUN


Jumat, 30 Januari 2015 / 19:58 WIB
Investor asing makin ramai masuk SUN
ILUSTRASI. Petugas melayani calon pemilik rumah yang mengikuti akad massal KPR BTN di perumahan Puri Delta Tigaraksa Tangerang, Banten, Selasa (8/8/2023). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Investor asing terus menambah kepemilikannya di surat utang negara (SUN). Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementrian Keuangan mencatat porsi asing mencapai 40,18% pada 29 Januari 2015.

Secara nominal, kepemilikan asing mencapai RP 499,98 triliun dari total surat berharga negara (SBN) yang diperdagangkan senilai Rp 1.224,45 triiun. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan akhir tahun lalu yang sebesar RP 461,35 triliun atau sekitar 38,13% dari total SBN yang diperdagangkan.

Fixed Income Analyst PT Samuel Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus mengatakan, masuknya asing dipicu oleh kebijakan bank sentral Eropa (ECB) yang menggelontorkan quantitative easing, 22 Januari 2015 lalu. Indonesia dianggap sebagai negara seksi dengan kesadaran masyarakat yang bermain investasi di pasar modal minim. 

"Asing melihat sebuah kesempatan karena kesadaran masyarakat Indonesia yang masih kurang. Sehingga, pasar obligasi Indonesia lebih besar dikendalikan oleh asing," ujar Nico, Jakarta, Jumat (30/1).

Di sisi lain, memanasnya kondisi politik dalam negeri terkait polemik antara komisi pemberantasan korupsi (KPK) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) tak mengurangi minat asing terhadap pasar obligasi Indonesia. Asing menganggap kondisi tersebut sebagai suatu proses demokrasi sehingga Indonesia bisa menjadi lebih baik.

Membanjirnya dana asing ikut mendorong penurunan yield obligasi negara. Data Indonesia Bond Princing Agency (IBPA) menunjukkan seluruh yield seri acuan atau benchmark pada perdagangan Jumat (30/1) bergerak turun.

Yield seri FR0069 bertenor lima tahun turun menjadi 6,81% dibandingkan perdagangan sebelumnya yang sekitar 6,82%. Seri FR0070 bertenor 10 tahun juga turun menjadi 7% ketimbang sebelumnya yang 7,05%.

Kemudian, yield seri FR0071 bertenor 15 tahun turun menjadi 7,26% dibandingkan sebelumnya yang 7,31%. Seri FR0068 bertenor 20 tahun turun menjadi 7,37% dibandingkan sebelumnya yang sebesar 7,42%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×