Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah berada dalam tren penguatan pada awal tahun, pergerakan Bitcoin mulai berbalik arah. Merujuk Coinmarketcap.com, harga bitcoin terpantau sempat menyentuh US$ 41.000 per BTC pada pekan lalu.
Namun selepas itu justru berada dalam tren koreksi dan sempat terjun ke US$ 34.000 per BTC.
Kendati demikian, harga Bitcoin kini sudah mulai kembali naik. Teranyar, pada Jumat (15/1) pukul 17.20 WIB, harga Bitcoin sudah berada di level US$ 38.561 per BTC.
Co-founder dari Cryptowatch dan pengelola channel Duit Pintar Christopher Tahir menyatakan, pergerakan harga Bitcoin yang volatile tersebut masih dalam kondisi wajar. Ia menyebut kenaikan parabolik yang terjadi semenjak pertengahan tahun lalu ini justru akan lebih baik jika bisa dijaga risikonya.
Baca Juga: Harga Bitcoin dinilai terlalu mahal, Altcoin bisa jadi pilihan alternatif investasi
“Berkaca dari 2017 silam, ketika terjadi kenaikan parabolik lalu diiringi koreksi 20-30% sebenarnya cukup wajar. Di luar terjadi koreksi, adapun tren positif Bitcoin belakangan ini tidak terlepas dari likuiditas yang saat ini membanjiri pasar,” kata Christopher kepada Kontan.co.id, Jumat (15/1).
Penguatan Bitcoin juga tidak terlepas dari pembelian masif yang dilakukan oleh investor institusi. Christopher menyebut, institusi seperti Microstrategy, Grayscale, Paypal, Square (milik Twitter). Di satu sisi, aksi JP Morgan yang meng-upgrade outlook bitcoin akan mendorong semakin banyak institusi yang masuk atau menjadikan bitcoin sebagai alat transaksinya.
Oleh karena itu, Christopher meyakini kedua sentimen tersebut masih akan jadi faktor yang mendorong kenaikan harga Bitcoin ke depan. Ia juga menggunakan analisis stock to flow atau persediaan dengan jumlah bitcoin yang dirilis, memperlihatkan trennya cenderung flat menurun. Dus, dengan persediaan yang semakin menipis akan berpotensi menciptakan kelangkaan.
Baca Juga: Altcoin bisa jadi pilihan alternatif investasi ketika harga Bitcoin terlalu mahal
“Tren positif Bitcoin ini juga akan menjadi angin segar bagi mata uang kripto lainnya karena akan ikut kecipratan. Hanya saja kenaikannya cenderung lagging dibandingkan dengan BTC sendiri. Hal ini dikarenakan institusi hanya memercayai beberapa aset kripto utama sebagai tujuan investasinya seperti Bitcoin dan ETH,” tambah Christopher.
Hingga akhir tahun nanti, Christopher percaya harga Bitcoin punya peluang menuju US$ 100.000 - US$ 250.000 per btc. Ia mengungkapkan rentang yang lebar ini dikarenakan periode awal tahun memiliki volatilitas yang tinggi sehingga kemungkinan overshot uptrend juga bisa terjadi.
“Dalam kondisi saat ini, jika investor memang bisa menoleransi risiko kenaikan yang diikuti koreksi 20-30%, maka strategi Dollar cost averaging bisa menjadi pilihan. Namun bila memiliki keahlian yang mumpuni dalam melakukan analisis teknikal, maka bisa dilakukan untuk menilai apakah BTC sudah cukup koreksinya dan membeli di momen yang tepat,” pungkas Christopher.
Selanjutnya: Harga emas terkoreksi, dipicu kenaikan yield US Treasury dan penguatan dolar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News