Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menghindari level psikologis di Rp 17.000 pada akhir perdagangan Rabu (9/4). Namun, pergerakannya diproyeksi masih akan volatile pada perdagangan selanjutnya.
Melansir dari Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 16.872 di pasar spot, Rabu (9/4). Secara harian, angka tersebut menunjukkan penguatan sebesar 0,11%. Sementara itu, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (JISDOR BI) menunjukkan pelemahan harian rupiah di pasar domestik sebesar 0,55%, yakni di level Rp 16.943.
Pada perdagangan hari ini, rupiah di pasar spot sempat menyentuh level tertingginya di Rp 16.972 pada pukul 11.08 WIB. Pelemahan nilai rupiah itu, menurut Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang, didorong oleh kabar rencana pertemuan Amerika Serikat (AS) dan China.
Saat ini, sentimen eksternal masih dominan memengaruhi pergerakan rupiah. Respons AS terhadap aksi balasan tarif yang dilancarkan China membuat tensi perang dagang semakin meningkat. Imbasnya, pasar semakin ramai meninggalkan aset emerging market seperti rupiah.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Sentuh Rekor Terendah ke Rp 16.943 Per Dolar AS pada Rabu (9/4)
Untuk diketahui, Presiden AS Donald Trump menambah tarif sebesar 50% terhadap China. Alhasil, secara kumulatif China dibebani tarif 104% untuk barang-barang yang masuk ke AS. Di sisi lain, China juga tak berniat mundur dari rencananya menetapkan tarif balasan 34% terhadap AS.
Beruntung, tensi dagang yang memanas ini turut mengurangi permintaan dolar AS. Hosianna menilai hal itu menjadi kunci pendinginan nilai rupiah hari ini.
Pada perdagangan besok, Hosianna memproyeksi rupiah masih akan bergerak volatile akibat sentimen eksternal. Dari sisi domestik, pelaku pasar dinilai masih akan mencermati arah kebijakan BI dan realisasi fiskal pemerintah untuk menilai daya tahan ekonomi domestik.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat 0,11% ke Rp 16.873 Per Dolar AS pada Rabu (9/4)
Sementara itu, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi juga menyoroti inflasi Indonesia yang berada di level 1,03% secara year to date (ytd). Hal ini turut menjadi sentimen negatif bagi pergerakan rupiah di perdagangan besok.
Namun, aksi triple intervensi yang dilancarkan BI di pasar valuta asing (valas), obligasi, dan repo membawa peluang penguatan bagi rupiah.
“Pelemahan rupiah bisa diantisipasi secara kontinyu sehingga rupiah kembali stabil, walaupun pasar global sedang tidak baik-baik saja,” sebut Ibrahim dalam keterangan tertulis.
Hosianna memproyeksi rupiah akan bergerak di rentang Rp 16.850–Rp 17.000 pada perdagangan besok. Sementara menurut Ibrahim, rupiah akan bergerak di rentang Rp 16.860–Rp 16.900.
Selanjutnya: Inalum Ungkap Tarif Trump Tak Berdampak Signifikan bagi Perusahaan, Ini Sebabnya
Menarik Dibaca: Waspada Hujan Petir di Jogja, Intip Ramalan Cuaca Besok di Wilayah DIY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News