Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham-saham likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung dalam Indeks LQ45 mengalami tekanan sepanjang semesterI-2025. Penurunan Indeks LQ45 tercatat lebih dalam dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Per Senin (30/6), Indeks LQ45 tercatat turun 6,53% secara year to date (ytd), sementara IHSG hanya melemah 2,15% pada periode yang sama.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi kontributor terbesar terhadap pelemahan LQ45, setelah turun 7,58% sejak awal tahun dan memberikan tekanan sebesar 9,32 poin pada indeks.
Baca Juga: Sektor Properti Tersengat Sentimen Positif Penurunan BI Rate, Cek Rekomendasi Analis
Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga turut membebani, dengan penurunan harga 17,14% dan menyumbang penurunan sebesar 4,95 poin. Sementara itu, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 5,77% sepanjang tahun berjalan.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa pelemahan LQ45 disebabkan oleh kinerja saham perbankan yang menurun, seiring melambatnya penyaluran kredit.
Selain itu, tekanan juga datang dari aksi jual investor asing.
"Saham big caps berbasis komoditas juga tertekan harga komoditas yang fluktuatif," ujar Nafan kepada KONTAN, Senin (30/6).
Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menilai prospek saham-saham di Indeks LQ45 cenderung membaik memasuki semester kedua 2025.
Baca Juga: Saham Big Cap Perbankan Kian Menarik Saat Harga Turun, Cek Rekomendasi Analis
Optimisme ini didorong oleh beberapa sentimen positif, seperti stimulus fiskal dari pemerintah dan ekspektasi penurunan suku bunga.
"Selain itu, dividen interim dari beberapa emiten LQ45 berpotensi menjadi katalis positif," ujarnya.