Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asing terus melego sejmlah saham bank big cap. Pada perdagangan Selasa (14/1), aksi jual bersih asing di saham bank big cap mencapai Rp 553,17 miliar. Jika dihitung sejak awal tahun, nilai jual bersih asing di saham bank berkapitalisasi pasar besar sudah Rp 1,9 triliun.
Padahal total jual bersih di bursa Rp 633,22 miliar di hari yang sama. Ini artinya, saham bank big caps berkontribusi 87% dari total jual bersih asing.
Harga saham kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 4 ini juga menjadi longsor di sepanjang tahun in. Bahkan, harga saham bank ini mencapai level terendah dalam kurun setidaknya enam bulan.
Baca Juga: Kinerja Aneka Tambang (ANTM) Terdampak Penurunan Harga Nikel, Cek Rekomendasi Analis
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya, mencapai level terendah sejak November 2022. Sementara saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berada di level terendah sejak Agustus 2024.
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mencapai level terendah sejak Oktober 2023. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berada di level terendah sejak April 2023.
Achmad Yaki, Head of Online Trading BCA Sekuritas, menilai, tekanan jual untuk saham big caps masih bisa berlanjut.
"Hati-hati, penurunan karena foreign outflow masih berlanjut menjelang pelantikan Trump dan kebijakan ekonomi AS ke depannya," tutur Yaki, Selasa (14/1/2025).
Baca Juga: Kinerja INCO Tetap Tangguh di Tengah Penurunan Harga Nikel, Cek Rekomendasi Analis
Walau demikian, investasi di saham bank big caps masih menarik. Alasannya, bisnis masih baik dan bank rajin bagi dividen jumbo.
"Lebih direkomendasikan menunggu untuk trader dan investor, jika mau masuk secara bertahap, karena momentum laporan keuangan tahun 2024 berpotensi menjadi katalis positif di bulan depan," kata Yaki.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menilai, prospek saham bank masih menarik, meski harga sahamnya terus turun. Apalagi, saat ini ketidakpastian global masih lebih tinggi.
Nico menambahkan, kenaikan imbal hasil US Treasury 10 tahun hingga 5% turut menjadi perhatian. Ini membuat pelaku pasar wait and see. "Namun secara jangka menengah hingga panjang, kami menaruh hati pada saham bank KBMI 4," ucap Nico.
Baca Juga: Saham Perbankan Big Caps Tertekan Kemenangan Trump, Cek Rekomendasi Analis
Lantaran dalam jangka pendek saham perbankan masih akan tertekan, Nico menyarankan pelaku pasar melakukan trading. Dalam jangka panjang, momen penurunan harga saham ini bisa dimanfaatkan untuk masuk ke saham bank secara bertahap.