Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PAM Mineral Tbk (NICL) cetak kinerja moncer di kuartal I-2025. Di mana, penjualan dan laba bersih NICL melonjak di periode Januari-Maret 2025.
Asal tahu saja, laba bersih NICL mencapai Rp 192,85 miliar pada kuartal I-2025, terbang 1.481% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 12,19 miliar.
Hal pertama yang mendorong raihan laba bersih NICL ada kenaikan penjualan. Sepanjang kuartal I-2025, NICL mencatatkan penjualan sebesar Rp 543,91 miliar, naik 365,68% dibandingkan dengan periode yang sama di 2024, yang hanya Rp 116,79 miliar.
Seiring dengan kenaikan nilai penjualan, emiten sektor pertambangan yang dikendalikan oleh Christopher Sumasto Tjia (Beneficial Owner) secara tidak langsung melalui PT PAM Metalindo ini, juga berhasil meningkatkan berhasil meningkatkan volume penjualan nikel.
Baca Juga: Christopher Sumanto Tjia Tambah Kepemilikan Saham PAM Mineral (NICL)
Sebelumnya, NICL menjual nikel sebanyak 222.791 wet metric ton (wmt) pada kuartal I 2024, kini menjadi sebesar 995.834 wmt per kuartal I 2025. Volume penjualan itu mengalami peningkatan signifikan sebesar 346,98% secara tahunan alias year on year (YoY).
Laba kotor perseroan pun naik 574,06% YoY ke Rp 291,81 miliar di akhir Maret 2025, dari sebelumnya Rp 43,29 miliar di akhir Maret 2024.
Hal ini menyebabkan NICL mampu mencetak marjin laba kotor yang tinggi sebesar 53,65% per kuartal I 2025, tumbuh dibandingkan periode tahun sebelumnya yang hanya sebesar 37,07%. Peningkatan marjin ini selain ditopang oleh kenaikan penjualan juga efisiensi yang dilakukan oleh perseroan.
Direktur Utama NICL, Ruddy Tjanaka mengatakan, kondisi industri nikel nasional sebenarnya kurang menguntungkan saat ini. Sebab, harga acuan nikel domestik sejak awal semester kedua tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 10,85% hingga Maret 2025.
“Perseroan terbukti mampu untuk mengatasi tantangan tersebut. Selain itu, Perseroan juga selalu berusaha untuk melakukan efisiensi produksi secara konsisten,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (2/5).
Sejalan dengan peningkatan laba kotor, laba usaha NICL juga meroket 1.187,34% yoy, dari sebelumnya hanya sebesar Rp 19,56 miliar pada periode Maret 2024 menjadi Rp 251,9 miliar pada periode Maret 2025.
Kombinasi efisiensi biaya produksi dan peningkatan volume penjualan menyebabkan laba tahun berjalan melambung 1.473,69% yoy menjadi Rp 193,13 miliar pada periode Maret 2025 dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar Rp 12,27 miliar.
Dengan begitu, laba per saham dasar perusahaan meningkat dari Rp 1,15 per saham pada kuartal I-2024 menjadi Rp 18,13 pada kuartal I-2025.
“Kami cukup puas atas pencapaian kinerja operasional dan keuangan perseroan di kuartal I 2025, mengingat kondisi makro geopolitik yang kurang kondusif yang juga mempengaruhi kondisi perekonomian domestik secara keseluruhan,” katanya.
Dari sisi neraca, NICL mencatatkan total aset pada periode Maret 2025 sebesar Rp 1,26 triliun, tumbuh sekitar 20,77% dibandingkan dengan total aset pada tahun 2024 yang sebesar Rp 1,05 triliun.
Sementara, total ekuitas perseroan mengalami peningkatan dari Rp 878,18 miliar di akhir 2024 menjadi Rp 1,07 triliun pada periode Maret tahun 2025. Hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba tahun berjalan perseroan yang sangat signifikan.
Ruddy memaparkan, harga nikel di tahun 2025 diperkirakan masih bergerak fluktuatif imbas dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang masih membayangi stimulus ekonomi global. Kondisi itu juga ditambah dengan adanya kelebihan pasokan yang dapat menambah tekanan pada harga nikel.
Namun, terdapat katalis positif untuk industri nikel dalam negeri, yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang memutuskan untuk tidak melakukan pemotongan kuota bijih nikel. Sebelumnya, direncanakan akan ada pemotongan sebesar 50%.
Baca Juga: Simak Jadwal Pembagian Dividen Pam Mineral (NICL)
“Hal ini dapat memberikan angin segar bagi pasar nikel domestik,” katanya.
Selain itu, pemberlakuan PP No 19/2025 tentang Tarif Royalti Minerba secara tidak langsung akan berpengaruh tidak hanya terhadap kinerja NICL, tetapi berdampak ke seluruh penambang Nikel.
“Dalam menghadapinya, strategi NICL adalah dengan melakukan beberapa efisiensi dalam kegiatan produksi, sehingga tetap dapat memberikan margin yang optimal,” paparnya.
Selanjutnya: Grafik Harga Emas Antam, Hari Ini Naik atau Turun? (5 Mei 2025)
Menarik Dibaca: Harga Emas Antam Naik Rp 3.000 Hari Ini 5 Mei 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News