kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.769.000   10.000   0,57%
  • USD/IDR 16.585   15,00   0,09%
  • IDX 6.472   236,74   3,80%
  • KOMPAS100 924   40,02   4,53%
  • LQ45 731   34,12   4,90%
  • ISSI 200   4,82   2,46%
  • IDX30 385   18,89   5,16%
  • IDXHIDIV20 466   22,10   4,98%
  • IDX80 105   4,49   4,47%
  • IDXV30 110   3,87   3,64%
  • IDXQ30 126   5,57   4,61%

Raih Lonjakan Kinerja pada 2024, Pam Mineral (NICL) Ungkap Penyebabnya


Rabu, 26 Maret 2025 / 10:16 WIB
Raih Lonjakan Kinerja pada 2024, Pam Mineral (NICL) Ungkap Penyebabnya
ILUSTRASI. Pam Mineral (NICL) berhasil meningkatkan volume penjualan nikel dari tahun lalu sebesar 1,85 juta mt menjadi sebesar 2,3 juta mt.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pam Mineral Tbk (NICL) berhasil mencatatkan penjualan sebesar Rp 1,44 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 26,37% year on year (YoY) dibandingkan dengan tahun 2023 yang hanya sebesar Rp 1,14 triliun.

Di tengah penurunan permintaan nikel di Indonesia, NICL sukses meningkatkan volume penjualan nikel dari tahun lalu sebesar 1.848.007,82 metrik ton (mt) menjadi sebesar 2.300.914,78 mt. 

Di samping itu, NICL juga berhasil melakukan efisiensi biaya produksi sehingga laba kotor perusahaan meningkat tajam dari Rp 136,66 miliar menjadi Rp 517,26 miliar atau tumbuh 278,50% yoy pada 2024.

Hasil ini membuat NICL mampu mencetak margin laba kotor yang tinggi pada tahun 2024 sebesar 35,86%, tumbuh melesat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 11,97%.

Ruddy Tjanaka, Direktur Utama NICL menyampaikan, kendati kondisi industri nasional kurang menguntungkan di mana harga acuan nikel domestik sejak semester II-2024 mengalami penurunan sebesar 9,19%, perusahaan tetap optimistis dan mampu mengatasi tantangan tersebut. 

Baca Juga: Laba Bersih Pam Mineral (NICL) Meroket 1.081,43% YoY pada 2024

Pada 2024, NICL telah mendapatkan persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) periode 2024-2026 dengan total volume penjualan yang telah disetujui sebesar 7.000.000 wet metrik ton (WMT).

“Perusahaan berhasil menggenjot produksi dan meningkatkan volume penjualan sesuai dengan kapasitas RKAB. Selain itu juga kami berhasil melakukan efisiensi biaya produksi.” ungkap dia dalam siaran pers yang diterima Kontan, Rabu (26/3).

Sejalan dengan peningkatan laba kotor, laba usaha NICL juga meroket dari sebelumnya hanya sebesar Rp 45,16 miliar pada 2023 menjadi Rp 414,10 miliar pada 2024 atau meningkat sangat signifikan sebesar 816,88% yoy. Selain disebabkan oleh naiknya volume penjualan, lonjakan laba usaha ini juga disebabkan adanya efisiensi pada beban umum dan administrasi. 

Dengan efisiensi biaya yang dilakukan perusahaan dan peningkatan volume penjualan, laba tahun berjalan NICL melambung tajam yakni sebesar Rp 318,75 miliar pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 27,13 miliar atau melesat hingga 1074,71% YoY.

NICL sendiri memiliki dua Izin Usaha Pertambangan (IUP) tambang nikel di Desa Laroenai, Kecamatan Bungku Pesisir, Sulawesi Tengah seluas 198 hektare (Ha) melalui perusahaan, dan seluas 576 Ha di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara melalui entitas anak usaha yaitu PT Indrabakti Mustika (IBM). 

Pada 2024, NICL terus melaksanakan ekplorasi berkelanjutan serta menjaga prinsip konservasi cadangan mineral melalui optimasi pemanfaatan bijih nikel yaitu memanfaatkan sumberdaya mineral dan melakukan diversifikasi produk.

Diversifikasi produk dilakukan dengan pembagian berdasarkan persentasi kadar nikel yang terkandung dalam bijih menjadi bijih kadar rendah, bijih kadar menengah dan bijih kadar tinggi (Low Grade, Middle Grade, dan High Grade). 

NICL melakukan pemanfaatan bijih kadar rendah dengan melakukan optimalisasi cutoff grade, sehingga bijih kadar rendah yang sebelumnya dianggap waste dapat diolah dan dipasarkan. 

Saat ini, sumber daya daerah IUP NICL tercatat sebesar 12,771 juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,20%. Sedangkan sumber daya daerah IUP entitas anak, IBM adalah sebesar 74,497 juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,10%.

Dari sisi neraca, NICL mencatatkan total aset pada 2024 sebesar Rp 1,05 triliun atau tumbuh sekitar 22,56% yoy dibandingkan dengan toal aset pada 2023 yaitu sebesar Rp 856,83 miliar. Di sisi lain, rasio utang terhadap ekuitas NICL pada tahun 2024 tercatat hanya sebesar 19,58%.

 

Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kondisi balance sheet yang sangat sehat. NICL juga tidak memiliki utang bank. 

Sementara itu, untuk total ekuitas NICL mengalami peningkatan dari Rp 745,47 miliar menjadi Rp 878,18 miliar pada 2024. Hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba perusahaan yang sangat signifikan.

“Kami cukup optimistis atas pencapaian perusahaan pada 2024, karena berhasil meningkatkan kinerja operasional dan kinerja keuangan tanpa adanya beban utang bank,” kata Ruddy.

Pada tahun 2025, terdapat katalis positif yang mampu menggerakkan peningkatan harga nikel untuk ke depannya. Proyeksi tersebut didasari oleh penutupan tambang komoditas nikel di beberapa negara produsen yang memiliki biaya produksi tinggi seperti Australia, Filipina dan sejumlah negara di Eropa, sehingga pasokan nikel dunia akan mengalami pengurangan dan diharapkan mampu mengerek harga nikel. 

Lantas, NICL memperkirakan permintaan nikel dunia akan meningkat seiring dengan kebutuhan kendaraan listrik dan baja nirkarat. Kondisi ini menguntungkan Indonesia sebagai produsen nikel terbesar, ditambah dengan rencana beberapa negara untuk melakukan hilirisasi industri nikel domestik.

Selanjutnya: Promo KFC Combo Classic: Nostalgia Menu Lama dengan Rasa yang Sama Mulai Rp 51.000-an

Menarik Dibaca: Promo KFC Combo Classic: Nostalgia Menu Lama dengan Rasa yang Sama Mulai Rp 51.000-an

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×