kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Kinerja Industri Telekomunikasi Positif, Cermati Rekomendasi Saham TBIG, MTEL & TOWR


Minggu, 30 Juni 2024 / 19:11 WIB
Kinerja Industri Telekomunikasi Positif, Cermati Rekomendasi Saham TBIG, MTEL & TOWR
ILUSTRASI. Menara telekomunikasi milik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten menara telekomunikasi tercatat positif pada kuartal I-2024. Hal ini seiring dengan adanya ekspansi pada emiten menara telekomunikasi dan permintaan fiber optic yang tumbuh cukup kuat.

Beberapa analis mengatakan bahwa secara umum, prospek kinerja emiten menara telekomunikasi pada tahun 2024 masih positif. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain perluasan menara hingga digitalisasi.

Namun, suku bunga tinggi masih akan menghantui kinerja para emiten menara telekomunikasi. Dengan begitu, para emiten berpotensi menahan ekspansinya karena anggaran belanja modal akan lebih tipis. 

Oleh sebab itu, potensi penurunan suku bunga di tahun ini akan menjadi sinyal positif karena akan ada diskon pada arus kas jangka panjang bagi emiten menara telekomunikasi. 

Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat di Awal Juli, Cermati Saham Pilihan Analis

Berikut rekomendasi saham-saham yang menara telekomunikasi yang dapat dicermati pada perdagangan Senin (!/7):

1. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

Kepala Riset Yuanta Sekuritas, Chandra Pasaribu memprediksi, kinerja TBIG masih berpotensi untuk tumbuh positif di tahun ini. Hal ini seiring dengan kinerjanya yang cukup positif di kuartal I-2024, di mana pendapatan dan laba bersih TBIG kompak tumbuh sekitar 5%. 

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2024, TBIG berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 1,7 triliun. Raihan ini meningkat 5,37% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 1,61 triliun. 

Segmen penyewaan menara telekomunikasi berkontribusi sebesar 91,93% dari total pendapatan TBIG. Namun segmen ini terkoreksi 0,28% YoY menjadi Rp 1,56 triliun. 

Meski begitu, Chanda bilang, pendapatan dari segmen serat optik melonjak signifikan sebesar 203,83% YoY menjadi Rp 136,65 miliar. Kemudian pendapatan properti investasi mencapai Rp 875 miliar. 

Di sisi lain, beban pokok pendapatan TBIG juga ikut meningkat 7,83% YoY menjadi Rp 464,56 miliar per kuartal I-2024. Pada periode yang sama di 2023, beban pokok emiten infrastruktur ini hanya Rp 430,94 miliar. 

Baca Juga: Roller Coaster di Semester I, Cek Arah IHSG dan Saham Unggulan Analis di Semester II

"Dengan begitu, saya lihat secara prospek TBIG masih bisa mencatatkan kinerja yang tumbuh positif. Hal ini tentunya di dorong dengan strategi yang telah diterapkan TBIG," kata Chandara kepada Kontan.co.id, Jumat (28/6). 

Rekomendasi: Buy
Support: Rp 1.880
Resistance: Rp 2.100

 


2. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL)

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas memperkirakan bahwa kinerja MTEL akan tumbuh positif pada tahun ini. 

Hal ini tercermin dari MTEL yang berhasil mencetak pendapatan dari bisnis fiber sebesar Rp 85,22 miliar sepanjang tiga bulan pertama tahun 2024. Capaian tersebut melonjak 148,8% secara tahunan (year on year/YoY).

Menurut dia, perkembangan pendapatan dari bisnis fiber optik hingga saat ini membuat perusahaan berkode saham MTEL ini meyakini bahwa lini usaha tersebut bakal memiliki prospek yang sangat menjanjikan.

Seiring pertumbuhan aset menara dan fiber optik, Sukarno bilang, Mitratel mencatatkan kenaikan jumlah penyewa (tenant) dari 57.409 pada akhir Desember 2023 menjadi 57.808 pada akhir Maret 2024, atau bertambah 399 tenant dalam satu kuartal. 

Sedangkan kolokasi meningkat 1,4% dari 19.395 menjadi 19.673 pada kurun waktu yang sama. Hal ini membuat tenancy ratio naik menjadi 1,52x.

Secara total, Sukarno menyebutkan bahwa MTEL membukukan pendapatan Rp 2,20 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2024, tumbuh 7,3% secara tahunan. Bisnis sewa menara menyumbang Rp1,83 triliun, meningkat 5,4%. 

"Pertumbuhan di sisi pendapatan berhasil diimbangi dengan pengelolaan biaya secara lebih efisien. Alhasil, perseroan mampu membukukan EBITDA senilai Rp1,84 triliun, melonjak 9,9%," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Minggu (30/6).

Baca Juga: INDF dan ICBP Kompak Bagi Dividen, Cek Rekomendasi Sahamnya

Selain itu, EBITDA Margin ikut meningkat 2,3% menjadi 83,5%. Sehingga, MTEL meraup laba bersih Rp 521 miliar, tumbuh 4% YoY.

Rekomendasi: Buy

Support: Rp 615

Resistance: Rp 650


3. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)

Analis Sucor Sekuritas, Christofer Kojongian memproyeksi bahwa kinerja emiten menara PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) tumbuh positif pada tahun 2024. Hal ini seiring dengan pendapatan dan laba bersih TOWR yang meningkat masing-masing sebesar 6% di kuartal pertama 2024.

Christofer mengatakan bahwa bisnis non-menara juga terus menjadi mesin pertumbuhan utama bagi TOWR. Bisnis non-menara tumbuh 19% YoY menjadi Rp 965 miliar.

Dia mengungkapkan bahwa kenaikan bisnis nonmenara didorong oleh lonjakan signifikan dalam bisnis FTTH menjadi Rp 118 miliar dari sebelumnya Rp 11 miliar. Sedangkan pertumbuhan bisnis FTTT mencapai 13%. Adapun kontribusi pendapatan non-menara kini sudah mencapai 31,7%.

"Kami memproyeksikan bisnis FTTH dan FTTT akan tumbuh kuat pada tahun 2024 ini, mengikuti target agresif perusahaan untuk mencapai 200.000 km fiber. Kami juga memproyeksikan pendapatan non-menara akan berkontribusi sebesar Rp 3,7 triliun atau naik 11% YoY," kata Christofer, dalam riset tanggal 6 Mei 2024.

Baca Juga: IHSG Menuju Level 7.000, Saham Pilihan Ini Layak Koleksi Untuk Semester II-2024

Selanjutnya, Christofer juga melihat adanya potensi pertumbuhan yang kuat dari bisnis menara dengan 500 pesanan menara baru di sisa tahun ini. Hal ini akan menghasilkan pendapatan bisnis menara yang lebih kuat sebesar Rp 8,8 triliun atau naik 5% yoy pada tahun 2024.

Oleh karena itu, dia memproyeksikan laba bersih TOWR juga akan tumbuh kuat sebesar 12% dan 6% di tahun 2024-2025 menjadi masing-masing Rp 3,6 triliun dan Rp 3,9 triliun.

Rekomendasi: Buy

Support: Rp 705

Resistance: Rp 750

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×