Reporter: Rashif Usman | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan bahwa fundamental perusahaan tercatat tetap kuat meskipun kondisi ekonomi tengah fluktuatif. Hal ini terlihat dari laporan kinerja keuangan yang diajukan oleh sejumlah perusahaan pada tahun 2024.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menjelaskan bahwa dari 738 perusahaan yang sudah melaporkan kinerja keuangannya di tahun 2024, ada 703 perusahaan yang dapat dibandingkan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya. Sementara itu, 35 perusahaan lainnya adalah emiten baru yang belum menyampaikan laporan keuangan di tahun 2023.
Jeffrey mencatat, dari hasil kinerja laporan keuangan emiten di tahun 2024, ada peningkatan nilai aset sebesar 6,31%, ekuitas 7,91%, pendapatan 3,24%, dan laba bersih 19,32%.
"Dari data tersebut menunjukkan bahwa tahun 2024 kemarin, perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Bank Indonesia secara agregat masih membukukan pertumbuhan yang baik" ujar Jeffrey di gedung BEI, Rabu (9/4).
Baca Juga: Volatilitas Tinggi, Saham Big Banks Dinilai Tetap Prospektif
Jeffrey berharap kinerja positif ini dapat berlanjut sepanjang tahun 2025, sehingga laporan keuangan di tahun tersebut dapat mencatatkan hasil yang lebih baik lagi.
Dengan demikian, para pemegang saham diharapkan dapat merasakan manfaat lebih, baik dalam bentuk dividen yang lebih tinggi maupun capital gain yang lebih menguntungkan.
Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, mengatakan bahwa kinerja fundamental yang dipublikasikan menunjukkan peningkatan yang signifikan, baik dari sisi pendapatan, laba bersih, aset, maupun ekuitas.
Meskipun begitu, Nafan mengakui bahwa pergerakan harga sahamnya kurang menggembirakan, karena adanya dinamika pasar.
"Terjadi suatu anomali dengan pergerakan harga sahamnya yang jika kita bandingkan dengan kinerja fundamental memang tidak sejalan," kata Nafan kepada Kontan, Rabu (9/4).
Baca Juga: Intip Deretan Saham yang Paling Banyak Ditadah Asing Saat IHSG Ambruk Kemarin
Namun, menurut Nafan, kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh investor, terutama bagi mereka yang mengutamakan prinsip value investing.
"Harga saham yang terdiskon memberikan peluang bagi investor untuk melakukan akumulasi saham dari perusahaan dengan fundamental yang baik dan prospektif, serta yang berkomitmen terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik," tambah Nafan.
Sementara itu, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila mengamini bahwa memang terlihat ada pertumbuhan dalam pos keuangan dari sejumlah emiten.
"Namun harus dipantau terus prospek di berbagai sektor, karena sekarang keadaan ekonomi yang masih volatil dapat mempengaruhi kinerja keuangan," ujar Indy kepada Kontan, Rabu (9/4).
Selain itu, Indy juga menjelaskan bahwa kinerja keuangan yang positif disambut baik oleh pasar. Akan tetapi, faktor-faktor eksternal yang memengaruhi ekonomi dapat mengubah preferensi investor terhadap rencana investasi.
Oleh karena itu, meskipun kinerja keuangan menunjukkan hasil yang baik, pemantauan terhadap prospek sektor dan perekonomian tetap penting.
Di samping itu, Direktur PT Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, menjelaskan bahwa meskipun ada pertumbuhan pada beberapa emiten di 2024 dibandingkan dengan 2023, harga saham cenderung lebih dipengaruhi oleh proyeksi kinerja di tahun ini.
"Pada 2025, diperkirakan pertumbuhan akan melambat, sehingga banyak saham yang mulai terkoreksi akibat penurunan proyeksi pertumbuhan tersebut," terang Daniel kepada Kontan, Rabu (9/4).
Baca Juga: Sentimen Tarif Global Tekan IHSG, Analis Sarankan Tunggu Momentum Masuk
Selanjutnya: China Melawan Balik! Bank Sentral Batasi Pembelian Dolar AS untuk Menstabilkan Yuan
Menarik Dibaca: Dominan Berawan, Berikut Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (10/4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News