Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Hampir sama dengan sektor-sektor lainnya, emiten dari sektor properti mengalami waktu yang cukup berat belakangan ini akibat pelemahan daya beli masyarakat. Namun, paruh kedua 2025 dipercaya bakal menjadi momentum pembalikan.
Pada kuartal I-2025, kinerja pre-sales empat emiten properti utama, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) relatif datar.
Secara gabungan, empat emiten ini mencatatkan pre-sales sebesar Rp 6,8 triliun dalam tiga bulan pertama 2025, hanya tumbuh 1% secara tahunan (YoY). Namun begitu, Head of Indonesia Research and Strategy J.P.Morgan, Henry Wibowo menyebut capaian itu sudah setara dengan 24% target sepanjang tahun.
Secara khusus, BSDE dan SMRA dinilai memiliki basis permintaan di Jabodetabek yang tetap kuat dengan cetakan pertumbuhan pre-sales kuartal I-2025 masing-masing sebesar 9% dan 8% secara YoY.
Baca Juga: Berikut Proyeksi IHSG Pekan Depan, Ini Saham yang Bisa Dicermati pada Senin (26/5)
Dus, dalam periode yang sama CTRA dan PWON kompak mengalami penurunan masing-masing sebesar 5% dan 14% secara YoY.
Untuk CTRA, Henry bilang basis tahun sebelumnya memang sudah tinggi, ditambah pre-sales di wilayah luar Jawa yang melemah. Sementara itu, kinerja PWON disebut terdampak momentum peluncuran proyek baru.
Namun begitu, Henry bilang capaian emiten-emiten properti ini relatif bagus. “Mengingat latar belakang makro yang menantang,” ungkapnya dalam riset 25 April 2025.
Memang, Henry bilang empat emiten utama ini mengalami kinerja yang lebih buruk hingga 10% – 25% dari indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam periode kuartal IV-2024 sampai kuartal I-2025. Itu terjadi seiring daya beli masyarakat yang menurun.
Henry menilai itu juga terjadi lantaran ada ekspektasi suku bunga tinggi yang berkepanjangan serta likuiditas sistem perbankan yang dinilai ketat.
Namun, Henry optimistis termin kedua 2025 bakal menjadi momentum penguatan bagi emiten properti.
“Awal dari siklus pemotongan suku bunga bisa menjadi titik balik bagi sektor ini,” kata Henry.
Baca Juga: IHSG Menguat 1,51% Sepekan, Net Buy Asing Masih Tebal Jelang Akhir Mei
Secara spesifik, Henry merekomendasikan CTRA dan PWON yang saat ini sahamnya disebut sangat undervalued, alias diperdagangkan jauh lebih murah dibanding nilai sebenarnya dari aset yang mereka miliki.
“Laba inti CTRA dan PWON tumbuh masing-masing 15% dan 12% sepanjang 2024, dan kami memperkirakan pertumbuhan masing-masing 11% tahun ini berkat pre-sales yang tangguh dan pertumbuhan pendapatan berulang yang stabil,” pungkas Henry.
Dengan potensi peningkatan harga ke depannya, Henry merekomendasikan overweight untuk kedua saham ini, dengan target harga akhir tahun CTRA di level Rp 1.400 per saham dan PWON di level Rp 520 per saham.
Selanjutnya: Penurunan Suku Bunga Jadi Angin Segar Emiten Properti, Analis Beri Catatan Berikut!
Menarik Dibaca: 5 Langkah Cerdas Memulai Menabung di Tahun 2025 yang Bisa Dilakukan Siapa Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News