kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   14.000   0,80%
  • USD/IDR 16.530   -100,00   -0,61%
  • IDX 6.312   88,27   1,42%
  • KOMPAS100 903   6,88   0,77%
  • LQ45 712   2,66   0,38%
  • ISSI 198   3,50   1,80%
  • IDX30 373   2,21   0,60%
  • IDXHIDIV20 448   3,53   0,79%
  • IDX80 103   0,27   0,27%
  • IDXV30 108   0,52   0,49%
  • IDXQ30 122   0,86   0,71%

Kinerja Emiten Bahan Kimia Cenderung Loyo pada 2024, Cermati Rekomendasi Analis


Rabu, 19 Maret 2025 / 21:37 WIB
Kinerja Emiten Bahan Kimia Cenderung Loyo pada 2024, Cermati Rekomendasi Analis
Foto multiple exposure pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Sejumlah emiten yang bergerak di sektor industri kimia mengalami tekanan dari sisi kinerja keuangan dan rekomendasi analis.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten yang bergerak di sektor industri kimia mengalami tekanan dari sisi kinerja keuangan. Tantangan berat tampaknya masih harus dihadapi sejumlah emiten di sektor ini pada 2025.

Salah satu emiten produsen petrokimia PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mengalami penurunan pendapatan 17,4% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 1,79 miliar pada akhir 2024.

Bersamaan dengan itu, rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk TPIA membengkak 105,96% yoy menjadi US$ 69,16 juta.

Baca Juga: Sejumlah Emiten Ini Tebar Dividen Interim, Cermati Rekomendasi Analis

Kinerja negatif TPIA disebabkan oleh pemeliharaan terjadwal atau Turnaround Maintenance (TAM) di kompleks petrokimia perusahaan yang disertai oleh gangguan kondisi pasokan dan permintaan global.

Kendati begitu, Direktur TPIA Suryandi menegaskan, pihaknya masih bisa mempertahankan posisi keuangan yang kuat berkat likuiditas solid sebesar US$ 2,4 miliar per 31 Desember 2024.

 

"Fondasi yang kokoh ini memungkinkan kami untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang," kata dia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (17/3).

Sementara itu, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) juga mengalami penurunan pendapatan 7,98% yoy menjadi Rp 38,73 triliun pada 2024. Laba bersih AKRA juga terkikis 19,78% yoy menjadi Rp 2,23 triliun pada tahun lalu.

Baca Juga: Strategi Sejumlah Emiten Dongkrak Bisnis Non Batubara dan Rekomendasi Analis

Manajemen AKRA menyebut, penurunan kinerja ini dipicu oleh normalisasi harga jual rata-rata, gangguan terkait cuaca di sektor pertambangan, dan kondisi ekonomi makro. Padahal, pihak AKRA mengklaim volume penjualan kimia dan minyak bumi perusahaan tetap stabil.

Direktur Utama AKRA Haryanto Adikoesoemo bilang, pihaknya menargetkan laba bersih sekitar Rp 2,4 triliun - Rp 2,6 triliun pada 2025. AKRA juga membidik penjualan lahan seluas 100 ha di JIIPE pada tahun ini.

Emiten bahan kimia lainnya, PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) turut mengalami pelemahan pendapatan sebesar 13% yoy menjadi US$ 301 juta pada 2024.

Hasil ini disebabkan oleh turunnya harga amoniak sekitar 15% sepanjang 2024. Namun demikian, laba bersih ESSA tumbuh 30,58% yoy menjadi US$ 45,18 juta.

Di sisi lain, PT Lautan Luas Tbk (LTLS) meraih kenaikan pendapatan 5,6% yoy menjadi Rp 7,72 triliun pada 2024. Laba bersih emiten ini juga naik 36,92% yoy menjadi Rp 220,36 miliar. 

Baca Juga: Sentimen Positif Emiten Konsumer Jelang Akhir Tahun dan Rekomendasi Analis

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menilai, industri bahan kimia masih menghadapi tantangan besar pada 2025, terutama karena tekanan pada harga komoditas yang bisa mengganggu margin keuntungan emiten di sektor ini.

Ditambah lagi, industri manufaktur yang jadi pengguna utama produk kimia juga masih mengalami perlambatan kinerja.

"Ketika industri seperti otomotif, konstruksi, dan tekstil melambat, maka permintaan produk kimia juga akan turun," kata Ekky, Rabu (19/3).

Untuk saat ini, Ekky masih wait and see terhadap saham-saham di sektor kimia.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas merekomendasikan hold saham AKRA dengan target harga Rp 1.200 per saham. Namun, investor perlu hati-hati jika harga saham AKRA breakdown support di level Rp 1.075 per saham.

Baca Juga: Kinerja Emiten Baja Diproyeksikan Masih Loyo, Simak Rekomendasi Sahamnya

Menurut dia, saham AKRA masih tetap menarik seiring diversifikasi bisnis yang gencar dilakukan perusahaan tersebut. "Diversifikasi ini memberikan stabilitas dan potensi pertumbuhan jangka panjang bagi AKRA," tandas dia, Rabu (19/3).

Selanjutnya: MUF: Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik Capai Rp 306 Miliar hingga Februari 2025

Menarik Dibaca: PLN Perkuat Talenta Masa Depan dengan Program Ikatan Kerja ITPLN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×