Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Emiten bahan kimia lainnya, PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) turut mengalami pelemahan pendapatan sebesar 13% yoy menjadi US$ 301 juta pada 2024.
Hasil ini disebabkan oleh turunnya harga amoniak sekitar 15% sepanjang 2024. Namun demikian, laba bersih ESSA tumbuh 30,58% yoy menjadi US$ 45,18 juta.
Di sisi lain, PT Lautan Luas Tbk (LTLS) meraih kenaikan pendapatan 5,6% yoy menjadi Rp 7,72 triliun pada 2024. Laba bersih emiten ini juga naik 36,92% yoy menjadi Rp 220,36 miliar.
Baca Juga: Sentimen Positif Emiten Konsumer Jelang Akhir Tahun dan Rekomendasi Analis
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menilai, industri bahan kimia masih menghadapi tantangan besar pada 2025, terutama karena tekanan pada harga komoditas yang bisa mengganggu margin keuntungan emiten di sektor ini.
Ditambah lagi, industri manufaktur yang jadi pengguna utama produk kimia juga masih mengalami perlambatan kinerja.
"Ketika industri seperti otomotif, konstruksi, dan tekstil melambat, maka permintaan produk kimia juga akan turun," kata Ekky, Rabu (19/3).
Untuk saat ini, Ekky masih wait and see terhadap saham-saham di sektor kimia.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas merekomendasikan hold saham AKRA dengan target harga Rp 1.200 per saham. Namun, investor perlu hati-hati jika harga saham AKRA breakdown support di level Rp 1.075 per saham.
Baca Juga: Kinerja Emiten Baja Diproyeksikan Masih Loyo, Simak Rekomendasi Sahamnya
Menurut dia, saham AKRA masih tetap menarik seiring diversifikasi bisnis yang gencar dilakukan perusahaan tersebut. "Diversifikasi ini memberikan stabilitas dan potensi pertumbuhan jangka panjang bagi AKRA," tandas dia, Rabu (19/3).
Selanjutnya: MUF: Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik Capai Rp 306 Miliar hingga Februari 2025
Menarik Dibaca: PLN Perkuat Talenta Masa Depan dengan Program Ikatan Kerja ITPLN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News