Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tengah mempercepat langkah restrukturisasi dan divestasi aset guna memperbaiki struktur keuangan serta memperkuat fundamental bisnis.
Perseroan berencana menjual 38 aset senilai Rp 2,1 triliun, setara 65% dari total kekayaan bersih, untuk menambah likuiditas dan menekan beban utang.
Dari total nilai tersebut, sekitar Rp 347 miliar ditargetkan terealisasi pada akhir 2025, sementara sisanya Rp 1,8 triliun akan dilanjutkan bertahap pada periode 2026–2029.
Analis Ekuitas Korea Investment & Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, menilai langkah Kimia Farma ini realistis di tengah tekanan likuiditas dan tingginya beban bunga.
Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) Restrukturisasi Utang Rp 6,81 Triliun, Cermati Rekomendasi Saham
“Restrukturisasi dan divestasi aset bisa menambah likuiditas serta menurunkan leverage. Ini langkah realistis karena beban bunga dan liabilitas KAEF memang besar. Namun dampak positifnya baru terasa pada 2026, tergantung kecepatan eksekusi dan hasil optimalisasi aset,” kata Wafi kepada Kontan, Jumat (7/11).
Wafi memperkirakan prospek bisnis Kimia Farma akan membaik jika efisiensi berjalan efektif dan distribusi produk farmasi semakin tertata.
Ia memproyeksikan pendapatan KAEF dapat tumbuh 8%–10% secara tahunan pada 2026, sementara laba bersih berpeluang berbalik positif di akhir 2025 apabila rencana divestasi berjalan sesuai jadwal.
Kinerja keuangan Kimia Farma pun mulai menunjukkan tanda pemulihan. Pada semester I-2025, perseroan mencatat peningkatan gross margin menjadi 35,7% dari sebelumnya 30,3%.
Beban usaha juga turun 14,3% menjadi Rp1,5 triliun. Efisiensi ini menekan rugi bersih hingga 56,6% menjadi Rp135,6 miliar, dibandingkan Rp312,2 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Berhasil Tekan Rugi, Yuk Simak Fundamental Saham Kimia Farma (KAEF)
Menurut Wafi, arah sektor farmasi BUMN kini semakin jelas dengan terbentuknya Danantara dan proses holdingisasi, meski Kimia Farma masih perlu memperkuat efisiensi, rantai pasok, dan inovasi produk agar bisa bersaing dengan perusahaan swasta.
Dari sisi valuasi, restrukturisasi disebut berpotensi menjadi katalis positif bagi saham KAEF karena risiko finansial menurun. “Momentum pemulihan saham kemungkinan baru terlihat di paruh kedua 2026,” ujarnya.
Dengan mempertimbangkan perbaikan fundamental dan langkah restrukturisasi yang tengah berjalan, Wafi memberikan rekomendasi *hold* untuk saham KAEF, dengan target harga Rp500 per saham.
Selanjutnya: Saham Big Banks Kompak Melemah, BBNI Catat Penurunan Terdalam pada 10 November 2025
Menarik Dibaca: 3 Manfaat Makan Sayuran Hijau untuk Kesehatan Otak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













