Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,25% pada Rabu (22/3). Dengan kenaikan ini, Fed Funds Rate berada pada rentang 4,75%-5%. Kenaikan ini merupakan yang kesembilan kalinya yang dilakukan The Fed dalam menurunkan Inflasi.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan kenaikan suku bunga sudah sesuai ekspektasi mayoritas konsensus yakni 25 bps. Kenaikan ini juga lebih rendah dari proyeksi market sebelum muncul kasus Silicon Valley Bank (SVB) yang mencapai 50 bps.
Selain itu The Fed juga akan menaikkan suku bunga hanya satu kali lagi alias akan mencapai terminal rate 5,1%. Setelah itu, FFR diperkirakan bisa stagnan bahkan mayoritas pasar memproyeksi The Fed akan menurunkan suku bunga di semester kedua 2023. Sehingga kondisi ini diperkirakan bisa semakin meredakan kekhawatiran pasar.
Nico mengatakan penggerak IHSG sekarang dipengaruhi oleh kebijakan The Fed yang bisa sesuai konsensus pasar seperti sekarang ini, semakin sesuai konsensus atau bahkan bisa lebih baik dari ekspektasi maka akan membuat gerak IHSG positif.
Baca Juga: Suku Bunga The Fed Naik, Begini Dampaknya Ke Pasar Saham Indonesia
Di sisi lain, kecemasan pasar masih tetap ada seperti risiko konflik geopolitik dan bayang-bayang ketidakpastian inflasi global. Investasi ke pasar saham harus mencermati beragam dinamika dan current issue yang sedang terjadi agar tidak salah langkah.
Nico mengatakan sekarang saatnya beli untuk saat ini, khususnya pada saham-saham dengan fundamental solid agar bisa mendapatkan gain yang maksimal jangka panjang.
"Saham yang terdampak kenaikan suku bunga serta krisis perbankan adalah emiten perbankan domestik yang big caps top four yang mencakup mayoritas sektor perbankan domestik," kata dia.
Nico mengatakan, emiten top 4 perbankan ini mencatat net sell asing terbesar pekan lalu karena sentimen negatif dan panic selling. Tetapi, saham-saham perbankan sudah rebound menjelang dividend. Kepercayaan dengan fundamental yang sangat solid untuk emiten perbankan domestik terutama yang top 4 serta valuasi yang masih murah dan attractive yaitu undervalued.
Baca Juga: Harga Saham Penghuni IDX High Dividen 20 Stabil, Cermati Rekomendasi Analis
Nico memproyeksikan IHSG pada akhir tahun 2023 akan berada di area 7.200-7.350. Sementara, Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus memproyeksi IHSG besok koreksi minor ke level 6.640-6.670 setelah itu akan melanjutkan penguatannya kembali.
"Akhir tahun saya estimasi IHSG bisa berada di atas level 7000 kembali," tutur Daniel.
Dia melihat kenaikan suku bunga ini telah diantisipasi oleh pasar. Sehingga jika IHSG terkoreksi pun, koreksinya hanya bersifat sementara.
"Penurunan hanya bersifat sementara. IHSG saya perkirakan akan cenderung bergerak positif di bulan Ramadan ini," imbuh Daniel.
Daniel mengatakan market pada dasarnya tidak menyukai ketidakpastian. Dia memperkirakan pasar saham Indonesia masih akan lebih didominasi oleh pembagian dan rilis laporan keuangan.
Baca Juga: Dana Asing Terus Mengalir di Pasar SBN Pasca Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB)
Investor dapat melakukan akumulasi dan buy on weakness pada saham-saham blue-chip, terutama yang rutin membagikan dividen. Daniel merekomendasikan sektor bank yang menarik untuk dikoleksi, terutama big bank yang akan membagikan deviden minggu ini dan minggu depan. Investor bisa melakukan buy on weakness di sektor tersebut.
Selain itu saham-saham yang berhubungan dengan Lebaran seperti retail atau consumer juga bisa diperhatikan antara lain ASII dengan target harga di Rp 6.500 per saham, CPIN dengan target harga Rp 5.500 per saham, dan JPFA dengan target harga di Rp 1.250 per saham.
Nico merekomendasikan emiten perbankan seperti BMRI dengan target harga di Rp 11.000 per saham, BBRI dengan target harga di Rp 5.200 per saham, BBCA dengan target harga di Rp 9.400 per saham dan BBNI dengan target harga di Rp 9.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News