Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dinilai punya prospek yang menarik secara jangka pendek maupun panjang. Kenaikan harga batubara akan menjadi katalis positif untuk kinerja jangka pendek. Sementara secara jangka panjang kinerja akan ditunjang oleh diversifikasi bisnis PTBA.
Analis Panin Sekuritas Juan Oktavianus mengatakan, salah satu langkah PTBA yang akan meningkatkan kinerja ke depan adalah ekspansi kapasitas pengangkutan batubara. Salah satunya, kapasitas Tanjung Enim-Kertapati yang akan ditingkatkan menjadi 7 juta ton per tahun dari yang sebelumnya 5 juta ton.
"Proyek ekspansi ini ditargetkan akan selesai pada kuartal ketiga tahun ini. Selain itu, juga akan ada pembangunan stasiun baru di Kramasan dan juga Tarahan 2 yang diperkirakan akan dapat beroperasi pada 2024 mendatang," kata Juan kepada Kontan.co.id, Rabu (16/6).
Juan menjelaskan, pembangunan dua stasiun tersebut masing–masing berpotensi meningkatkan kapasitas sebesar 20 juta ton per tahun. Sehingga di akhir 2025, kapasitas pengangkutan PTBA ditargetkan sebesar 70,2 juta ton. Adapun kapasitas pengangkutan saat ini baru sebesar 23,8 juta ton.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) ditugaskan bangun pembangkit listrik di area hilirisasi batubara
Selain itu, Juan bilang langkah diversifikasi pendapatan juga akan menjadi prioritas PTBA ke depan. Beberapa langkah diversifikasi PTBA adalah melalui batubara termal, khususnya pada proyek pembangkit listrik dan juga hilirisasi.
Terkait dengan proyek pembangkit listrik, PTBA sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumsel 8. Proyek ini diperkirakan akan bisa mulai berkontribusi di kuartal pertama 2022.
Sementara terkait dengan proyek hilirisasi, proyek PTBA bersama Pertamina untuk gasifikasi akan memasuki tahap pembangunan di 2021. Selain itu PTBA juga memasuki bisnis karbon aktif. PTBA baru menandatangani Head of Agreement (HOA) dengan produsen pemasok karbon aktif yaitu Activated Carbon Technologies PTY, dan akan memasuki tahap front end engineering design (FEED) di 2021.
Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu mengungkapkan, berbagai proyek diversifikasi dan hilirisasi dari PTBA akan berguna untuk meminimalisir dari dampak wacana pemberlakuan pajak karbon oleh pemerintah.
Rencana ini tertuang dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2022. Pajak ini akan dikenakan berdasar jumlah emisi yang dihasilkan oleh aktivitas ekonomi atau dikenakan atas objek sumber emisi.
Baca Juga: Analis Maybank Kim Eng rekomendasikan beli saham PTBA, simak ulasannya
Objek potensial yang dapat dikenakan pajak karbon seperti bahan bakar fosil dan emisi yang dikeluarkan oleh pabrik atau kendaraan bermotor. Untuk pengenaan emisi atas aktivitas ekonomi, pemerintah dapat fokus pada sektor padat karbon seperti industri pulp and paper, semen, pembangkit listrik, juga petrokimia.
"Bisnis hilirisasi PTBA ini pada akhirnya bisa menjadi buffer di tengah isu pajak karbon tersebut. Lewat hilirisasi, produksi batubara PTBA juga bisa diserap di sektor lain," kata Dessy.
Dessy meyakini, katalis positif untuk kinerja PTBA juga akan datang dari kenaikan harga batubara. Ia memproyeksikan, harga rata-rata batubara pada semester I-2021 akan berada di level US$ 92 per ton-US$ 95 per ton. Menurutnya, dengan harga batubara yang menguat, kinerja PTBA pada kuartal II-2021 akan terdorong.
Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Isnaputra Iskandar dalam risetnya pada 7 Juni menuliskan, dari sisi fundamental, PTBA masih tetap kuat, serta akan diuntungkan dengan harga batubara yang sedang tinggi. “PTBA akan tetap diuntungkan oleh harga batubara internasional yang sedang membara, meskipun total penjualan volume ekspor PTBA merupakan yang terendah di antara emiten batubara yang berada dalam coverage Maybank Kim Eng,” tulis Isnaputra dalam risetnya.
Baca Juga: Harga batubara naik, analis rekomendasikan saham-saham ini
Isnaputra memproyeksikan blended average selling price (ASP) pada kuartal kedua akan naik 7,6% secara kuartalan menjadi US$ 51,5 per ton dari US$ 47,8 per ton di kuartal pertama 2021. Menurut dia, kenaikan proyeksi ASP ini tidak terlepas dari ASP ekspor yang lebih tinggi, yakni US$ 60,5 per ton (+12,2% secara kuartalan) seiring oleh harga batubara internasional yang lebih tinggi. Lalu, meningkatnya porsi total volume ekspor PTBA menjadi 40% dari 31% pada kuartal pertama 2021.
Di satu sisi, Isnaputra juga tidak terlalu khawatir terhadap dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap total biaya PTBA. Berdasarkan hitungannya, porsi bahan bakar hanya sebesar 3% dari total pengeluaran pada kuartal pertama 2021. Terlebih lagi, sekitar 20-30% dari ekskavator yang digunakan beroperasi menggunakan sumber listrik.
Pada tahun ini, Maybank Kim Eng memproyeksikan pendapatan PTBA akan mencapai Rp 20,08 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 2,99 triliun.
Isnaputra pun masih merekomendasikan untuk beli saham PTBA dengan target harga Rp 3.500 per saham. Sementara Juan dan Dessy juga merekomendasikan untuk beli saham PTBA dengan target harga yang sama, yakni Rp 2.900 per saham.
Baca Juga: Saham Emiten Batubara Bergerak Searah dengan Penguatan Komoditas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News