Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Mendekati masa jatuh tempo pembayaran utang dan bunga pada akhir tahun, kebutuhan dollar AS akan meningkat. Apalagi utang luar negeri dalam bentuk dollar AS mendominasi.
Kebutuhan dollar AS yang tinggi itu berpotensi membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali melemah. Namun, dengan berbagai instrumen yang diterbitkan Bank Indonesia, nilai tukar pada akhir tahun diyakini terjaga.
”Kami memperkirakan, nilai tukar rupiah pada akhir tahun berkisar Rp 10.800-Rp 10.900 per dollar AS,” kata analis Bank Mandiri, Reny Eka Putri, kepada Kompas di Jakarta, Jumat (27/9/2013).
Kemarin, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Dollar Spot Rate (Jisdor) Rp 11.532 per dollar AS. Poisisi ini menguat 41 poin dibandingkan Kamis (26/9) yang senilai Rp 11.573 per dollar AS.
Rencana pembayaran utang luar negeri pada periode Agustus-Desember 2013 sebesar 37,643 miliar dollar AS atau Rp 414,073 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp 11.000 per dollar AS. Jumlah itu terdiri dari pembayaran utang pemerintah dan bank sentral 3,894 miliar dollar AS dan pembayaran utang swasta 33,75 miliar dollar AS.
Secara keseluruhan, pemerintah dan bank sentral menjadwalkan pembayaran utang luar negeri 11,85 miliar dollar AS sepanjang tahun 2013. Perusahaan swasta menjadwalkan pembayaran 62,64 miliar dollar AS pada tahun 2013.
Menurut Reny, instrumen yang diterbitkan BI, seperti barter valuta asing, turut menjaga ketersediaan dollar AS. Namun, melihat data utang luar negeri saat ini, Reny melihat pemerintah lebih memperhatikan utang luar negeri swasta. ”Dengan suku bunga di luar negeri yang lebih rendah, perusahaan pun mengambil utang luar negeri,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendi Sulistiowati menyatakan, posisi utang luar negeri Indonesia saat ini aman. (Kompas cetak/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News