Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membidik kinerja pada tahun ini bisa menggeliat. Salah satunya lewat bisnis penjualan obat resep. Peningkatan penetrasi penjualan produk tersebut seiring rencana meluncurkan produk baru.
Lini bisnis obat resep merupakan salah satu dari empat pilar bisnis KLBF. Tiga pilar lainnya, yakni divisi nutrisi, divisi produk kesehatan dan divisi distribusi serta logistik. Dalam laporan penjualan kuartal III-2017, lini bisnis nutrisi menyumbang pendapatan paling besar sekitar 29,58%. Sedangkan lini bisnis obat resep menyumbang pendapatan 23,67%.
Vidjongtius, Direktur Utama KLBF memproyeksi, penjualan produk obat resep tahun ini bisa tumbuh 5%-7%. Kebanyakan penetrasi penjualan saat ini, berasal dari pasar domestik. Dalam laporan keuangan yang terakhir, pangsa pasar domestik memegang kontribusi sebesar 91,44%. “ Setiap tahun selalu ada produk baru obat resep, untuk kegunaannya bervariasi,” kata Vidjongtius kepada Kontan.co.id, Kamis (15/2).
Pada penjualan obat resep, Kalbe Farma menjual produk-produk untuk beberapa segmen. Diantaranya obat generik tanpa merek untuk segmen menengah ke bawah, hingga obat generik bermerek dan obat lisensi bagi segmen menengah ke atas. Kalbe juga memasarkannya lewat rumah sakit, apotik, dan toko obat.
Beberapa produk tersebut diantaranya seperti Brainact, Cefspan, Mycoral, Cernevit, Cravit, Neuralgin, Broadced, Neurotam, Hemapo, dan CPG. Vidjongtius menambahkan, rata-rata Kalbe Farma selalu menambah produk obat resep baru tiap tahunnya. “5-10 produk,” katanya.
Selain itu, secara konsolidasi bisnis, KLBF juga berencana untuk meningkatkan penjualan pada pasar luar negeri. Dari sebelumnya memiliki porsi 5% menjadi 7% pada tahun 2018. Peningkatan penjualan pada pasar luar negeri, bukan berarti penjualan dalam negeri jenuh. Namun, KLBF ingin mengoptimalkan peluang yang masih ada di lintas negara.
Hasan, Analis Indo Premier Sekuritas memprediksi prospek KLBF tahun ini bisa lebih baik. Pasalnya, target kinerja topline menurut perkiraan, akan tumbuh sebesar 7,4%. Hal ini, sejalan dengan target topline yang dicanangkan KLBF sebesar 7%-9%.
Selain itu, margin operasi yang dicanangkan perusahaan sebesar 14,5% - 15,5%. Ini juga sejalan dengan perkiraan Hasan yang berada pada 15,2% selama sepanjang 2018. “Manajemen juga percaya, bahwa minuman energi dan produk OTC akan berkinerja lebih baik sebagai hasil dari pilkada dan Asean Games,” terang Hasan dalam riset Rabu (14/2).
Dia memperkirakan, target harga KLBF sebesar Rp 1.850 dengan price to earning ratio (PER) 2017 sebesar 33,7 kali, dan prediksi pada tahun 2018 sebesar 32,5 kali. Hasan yakin bila tahun ini perusahaan tidak menghadapi tantangan berat dari ekonomi. “Kami memperkirakan, PDB Indonesia akan meningkat dengan laju yang lebih cepat pada 2018,” lanjutnya.
Selain itu, ada potensi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang akan meningkat pada 2018. Hal itu didukung oleh harga komoditas, inflasi rendah, rupiah stabil, pasokan tenaga kerja yang baik dan rendahnya biaya pinjaman. “Risiko ada pada volatilitas harga komoditas, nilai tukar rupiah, dan persaingan ketat,” katanya.
Hasan memperkirakan, KLBF mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 22,08 triliun pada 2018. Serta laba bersih yang diperkirakan sebesar Rp 2,51 triliun. Dia juga meningkatkan rekomendasi pada KLBF dari sebelumnya hold menjadi buy dengan target harga 1.850.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News