Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Mesti Sinaga
JAKARTA. Penawaran perdana saham alias initial public offering (IPO) PT Gelombang Seismic Indonesia (GSI) tertunda. Pasalnya, GSI belum mendapat izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), meski telah menyelesaikan masa penawaran awal.
Dalam aksi korporasi tersebut, PT Panca Global Securities Tbk bertindak sebagai penjamin emisi.
Menurut Gregorius Cahyo, Head of Corporate Finance Panca Global selaku penjamin emisi, mengatakan, GSI seharusnya menerima pernyataan efektif OJK pada 31 Juli lalu. Namun, OJK belum juga memberikan penjelasan kepada perseroan mengenai alasan belum diterbitkannya izin efektif tersebut.
"Kami bingung dan bertanya-tanya mengapa belum dapat izin efektif, padahal sudah ada investor yang berkomitmen untuk penyerapan saham. Tidak ada penjelasan resmi dari OJK," keluh Gregorius kepada KONTAN, Jumat (14/8).
Ia bercerita, OJK hanya mengirimkan seorang staf yang memberitahukan secara verbal bahwa wasit pasar modal itu masih menelaah laporan penawaran umum GSI.
Masalahnya, karena izin efektif belum juga keluar, maka laporan keuangan GSI yang menjadi dasar valuasi IPO pun kedaluwarsa. Akibatnya, GSI harus mengulang lagi dari awal proses IPO tersebut.
Sebagai informasi, GSI menggunakan laporan keuangan bulan Januari 2015 sebagai dasar valuasi IPO. Batas waktu laporan keuangan itu hanya enam bulan. Untuk bisa melanjutkan proses IPO, GSI harus kembali mengajukan laporan keuangan baru, minimal laporan keuangan kuartal I-2015.
"Calon emiten juga kecewa. Karena ini perusahaan kecil. Dan, pengulangan proses ini memberikan ongkos tambahan," ujar Gregorius.
OJK sebelumnya sudah memberikan izin pra-efektif kepada GSI untuk melakukan penawaran awal.
Dalam masa penawaran awal tersebut, Gregorius mengatakan, tidak ada masalah soal penyerapan saham. Beberapa investor sudah siap membeli, dan sudah terbentuk pula sindikasi penjaminan emisi.
Sejatinya, GSI berencana menggelar masa penawaran umum pada 4-6 Agustus 2015 dan berharap bisa tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 13 Agustus kemarin.
"Jadi ini bukan karena kondisi pasar yang membuat IPO tertunda," tandas Gregorius.
Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, pihak OJK juga belum merespon pesan singkat maupun telepon dari KONTAN.
Sekadar mengingatkan, perusahaan yang bergerak di bidang jasa survei seismik itu sebelumnya berencana melepas sebanyak-banyaknya 150 juta saham atau 42,86% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.
Perseroan menawarkan harga IPO di rentang Rp 130 - Rp 150 per saham. Dengan begitu, dana IPO yang berpotensi dikantongi GSI sebesar Rp 19,5 miliar-Rp 25,5 miliar.
Rencananya, 70% dari dana IPO akan digunakan sebagai belanja modal untuk pengadaan peralatan perekaman (recording) data seismik yang baru.
Dengan alat perekaman baru, diharapkan kualitas peralatan kegiatan survei tiga dimensi (3D) bisa meningkat pula.
Sementara 30% sisanya akan digunakan untuk meningkatkan modal kerja perseroan, yakni membiayai pelaksanaan kontrak-kontrak pekerjaan yang telah didapat.
Per akhir Desember 2014, GSI membukukan pendapatan sebesar US$ 6,05 juta atau turun dari US$ 9,12 juta pada periode sama tahun sebelumnya. Laba bersih akhir tahun lalu US$ 195.143 atau turun dari US$ 232.753 pada periode sama 2013.
Sementara per 31 Januari 2015, perusahaan ini telah membukukan pendapatan US$ 80.240. Pada periode ini, GSI masih mencatat rugi sebesar US$ 159.924.
Narita Indrastiti
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News