Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja dari grup pertambangan milik Bakrie yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dinilai makin prospektif.
Direktur & Chief Investor Relations Officer BRMS Herwin Hidayat mengatakan bahwa perusahaan membidik target produksi emas sebesar 70.000–75.000 ounce (oz) pada tahun 2025. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi tahun sebelumnya yang mencapai 64.900 oz.
"Peningkatan produksi ini akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan kami. Apalagi harga emas juga terus mengalami penguatan dalam dua tahun terakhir," kata Herwin kepada Kontan, Rabu (18/6).
Herwin menjelaskan bahwa saat ini BRMS tengah memprioritaskan penyelesaian konstruksi tambang emas bawah tanah di Palu, Sulawesi pada pertengahan 2027. Dengan begitu, perseroan dapat mulai menambang dan memproses bijih berkadar emas 3,5–4,9 gram per ton pada semester II-2027.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas Saham BUMI, PTRO, RAJA, Kamis (19/6)
Analis UOB Kay Hian, Benyamin Mikael memperkirakan volume penjualan emas BRMS akan mencapai lebih dari 76.600 oz pada 2025, atau meningkat 17,9% yoy dibandingkan output tahun 2024 sebesar 65.000 oz.
"Pertumbuhan ini akan didorong oleh kadar emas yang lebih tinggi di Palu dan dimulainya operasi komersial Pabrik tiga pada paruh kedua 2025," ucap Benyamin dalam risetnya, Selasa (16/6).
Pada 2026, volume penjualan diproyeksikan mencapai 85.400 oz (+11,5% yoy), didukung oleh optimalisasi Pabrik 3 dan commissioning pabrik baru di Gorontalo. Lalu, volume penjualan diperkirakan akan meningkat menjadi 96.800 oz pada 2027 dan melonjak menjadi 146.600 oz pada 2028 (+51,8% yoy) serta 189.200 oz pada 2029 (+29,1% yoy), seiring dimulainya operasi komersial tambang bawah tanah pada kuartal IV 2027.
Menurut Benyamin, kinerja BRMS berada dalam posisi yang kuat untuk mencatat pertumbuhan laba yang solid pada 2025, didukung oleh kenaikan volume penjualan sebesar 17,9% dan harga emas yang melonjak. Sekuritas ini pun mempertahankan pandangan positif terhadap harga emas, yang diperkirakan akan terdorong oleh permintaan aset lindung nilai jangka panjang dan melemahnya prospek pertumbuhan global.
Benyamin merekomendasikan buy saham BRMS dengan target harga berbasis Sum of the Parts (SOTP) sebesar Rp 610 per saham. Ini mencerminkan enterprise value to EBITDA sebesar 54,5 kali.
Meskipun jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri (6,7 kali), BRMS menawarkan pertumbuhan EBITDA Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 43,2% untuk periode 2025–2028, serta potensi tambahan dari monetisasi cadangan tambangnya di Gorontalo.
Sejalan dengan itu, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhamad Wafi menilai prospek perusahaan masih positif selama harga emas tetap tinggi. Namun, jika terjadi koreksi tajam pada harga emas, hal tersebut berpotensi menjadi tekanan bagi kinerja perusahaan.
"Ekspansi pengolahan emas masih tahap awal sehingga perlu investasi besar, dan jika penyelesaian proyeknya tertunda maka bisa membebankan kinerja BRMS," tambah Wafi kepada Kontan, Rabu (18/6).
Masuk MSCI
Riset UOB Kay Hian menunjukkan bahwa dalam 90 hari terakhir, nilai transaksi saham BRMS menempati posisi ke-9 tertinggi di antara seluruh emiten di Bursa Efek Indonesia. Dengan kapitalisasi pasar yang telah mendekati ambang batas minimum serta tingkat likuiditas yang tinggi, BRMS dinilai berpotensi masuk ke dalam Indeks MSCI Indonesia.
Adapun menurut Wafi, peluang BRMS masuk ke dalam Indeks MSCI Indonesia sangat bergantung pada sejumlah faktor, seperti kapitalisasi pasar, tingkat likuiditas, dan proporsi saham yang beredar di publik (free float). Jika ketiga kriteria tersebut terpenuhi, maka peluang untuk masuk ke indeks tersebut cukup terbuka.
Sementara itu, BUMI dikabarkan akan memperluas bisnis ke lini usaha non batubara. Perusahaan ini berencana mengakuisisi tambang emas di Australia dengan potensi produksi hingga 100.000 oz emas per tahun dan internal rate of return (IRR) 33%.
Wafi menilai langkah BUMI untuk melakukan diversifikasi ke luar sektor batubara berpotensi prospektif, namun perlu didukung dengan perencanaan yang detail agar dapat terealisasi dengan baik.
UOB Kay Hian menyarankan buy saham BUMI dengan target harga berbasis Discounted cash flow (DCF) sebesar Rp 160 per saham, menggunakan Weighted Average Cost of Capital sebesar 11%.
Adapun Wafi merekomendasikan saham BRMS dan BUMI di target harga masing-masing Rp 550 dan Rp 150 per saham.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Teknikal Saham BBTN, HRUM dan UNTR untuk Kamis (19/6)
Selanjutnya: Tarik Investasi di Kawasan Industri, HKI Usul Bentuk Badan Kawasan Industri Nasional
Menarik Dibaca: 4 Entitas Media dan EO Teken MoU Kolaborasi Konten juga Event
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News