Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Penurunan ini terutama disebabkan oleh lebih rendahnya Laba Kotor yang mencerminkan pelemahan margin petrokimia yang berkelanjutan di tengah penambahan pasokan kapasitas baru di Amerika Serikat dan Cina,
Rendahnya margin juga disebabkan pelemahan permintaan ekspor barang jadi polymer akibat perang dagang AS-China serta pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah secara keseluruhan.
Baca Juga: Beban melonjak, laba bersih Semen Indonesia (SMGR) turun 22,3% pada 2019
Dus, entitas usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 22,88 juta atau turun 87,4% dari laba bersih tahun 2018 yang mencapai US$ 181,651 juta
“Tahun 2019 membawa kondisi ekonomi makro yang cukup menantang, dengan perang dagang, ketidakpastian geopolitik, dan penurunan margin produk petrokimia karena peningkatan pasokan kapasitas,” sambung dia.
Ke depan, Suryandi optimis industri petrokimia dalam negeri masih cukup cerah. Terlebih, TPIA berhasil meningkatkan total kapasitas produksi sebesar 603 KT menjadi 4.061 KT berkat proyek debottlenecking pabrik dan pabrik baru polyethylene tahun lalu berkapasitas 400 KT.
Baca Juga: WOM Finance bakal bagikan dividen Rp 22,4 per saham, berikut jadwalnya
Sehingga, penambahan kapasitas pabrik ini dapat membantu pemerintah dalam mengurangi impor produk petrokimia ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News