kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks obligasi menyentuh rekor tertinggi karena BI aktif beli SUN


Rabu, 12 Agustus 2020 / 21:30 WIB
Indeks obligasi menyentuh rekor tertinggi karena BI aktif beli SUN
ILUSTRASI. Sejak awal tahun pasar obligasi sudah memberikan return 7,46%.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi mencatatkan peningkatan kinerja tertinggi lebih dari lima tahun lalu saat ketidakpastian pasar keuangan global masih menghantui.

Penguatan pasar obligasi tercermin dalam Indonesia Composite Bond Index (ICBI), Rabu (12/8) yang menguat hingga ke level tertinggi di 294,33. Itu artinya sejak awal tahun pasar obligasi sudah memberikan return 7,46%.

Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, penguatan kinerja di pasar obligasi terdorong oleh Bank Indonesia (BI) yang terus masuk ke pasar obligasi dalam rangka berbagi beban (burden sharing) BI dan pemerintah.

Baca Juga: Naik 1,5%, harga emas coba tembus kembali level US$ 2.000

BI yang aktif masuk ke pasar obligasi terefleksi pada kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI meningkat dari Rp 273,21 triliun di awal tahun menjadi Rp 535,95 triliun di 10 Agustus atau naik 96%.

"Yield obligasi AS dan CDS (credit default swap) masih bergerak flat, penguatan kali ini memang karena BI yang aktif beli SBN," kata Desmon, Rabu (12/8).

Ezra Nazula, Direktur & Chief Investment Officer, Fixed Income Manulife Aset Manajemen menambahkan skema burden sharing memberikan sentimen positif ke pasar obligasi karena dengan peningkatan defisit anggaran pemerintah sebagian besar diabsorbsi BI sehingga suplai obligasi pemerintah yang diterbitkan ke pasar masih dapat diterima oleh investor.

Baca Juga: Sukuk ijarah masih menarik untuk dilirik

Di sisi lain, Ezra melihat likuiditas pasar saat ini sangat tinggi, terutama perbankan. Alhasil, ada peningkatan permintaan obligasi sehingga level ICBI meningkat. Obligasi yang perbankan buru adalah seri tenor pendek dan menengah.

Permintaan obligasi meningkat juga karena tersokong tren penurunan suku bunga, sehingga perbankan bisa mendapat dana murah. Sementara itu, Desmon menilai jumlah dana asing yang masuk selama Juli yaitu sekitar Rp 8 triliun masih belum signifikan.

Yield SUN tenor 10 tahun, Rabu (12/8) bertengger 6,7%. Desmon memproyeksikan dengan level ICBI yang sentuh rekor maka  dalam waktu dekat berpotensi terjadi aksi profit taking, sehingga yield berpeluang naik.

Baca Juga: Seri baru FR0086 dan FR0087 mendongkrak permintaan lelang SUN pada Selasa (11/8)

Menuju akhir tahun, Desmon juga memproyeksikan yield bisa naik ke 7% karena fluktuasi pasar masih cukup tinggi jelang pemilu AS di November. Belum lagi, perang dagang AS dan China yang semakin memanas.

Selain itu, jika rupiah kembali melemah, investor asing bisa kembali melakukan aksi jual di pasar SBN. Level penurunan yield terdekat hanya di 6,6%.

Sementara, Ezra menargetkan imbal hasil seri 10 tahun di level 6,5%. Namun, tidak menutup kemungkinan yield bisa bergerak lebih rendah di level 6%-6,25% bila investor asing kembali masuk dengan jumlah yang signifikan.

Baca Juga: Penawaran lelang SUN menembus Rp 106 triliun, SUN acuan baru paling diburu

"Saat ini kepemilikan asing sudah rendah sekitar 30% hal ini malah memberi potensi penurunan yield obligasi pemerintah jika inflow kembali berlangsung," kata Ezra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×