kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

IHSG rekor, aset saham taipan melesat


Rabu, 05 April 2017 / 10:00 WIB
IHSG rekor, aset saham taipan melesat


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pesta pora masih berlangsung di lantai bursa. Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,8% menjadi 5.651,82. Nyaris sepekan terakhir, IHSG memperbarui rekor tertinggi sepanjang sejarah bursa.

Kenaikan harga saham ini, tak pelak, turut mendongkrak nilai aset sejumlah taipan di Tanah Air. Sebut saja nilai aset saham keluarga Hartono, pemilik Grup Djarum, yang berasal dari peningkatan harga saham Bank Central Asia (BBCA) dan Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Berdasarkan hitungan KONTAN, kemarin nilai pasar saham dua emiten milik keluarga taipan ini mencapai sekitar Rp 205,59 triliun. Nilai tersebut naik 21,54% dibanding setahun sebelumnya yang senilai Rp 169,16 triliun.

Demikian pula Anthoni Salim. Pemilik Grup Salim ini memiliki aset di Indofood Sukses Makmur (INDF), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Salim Ivomas Pratama (SIMP) dan London Sumatra Indonesia (LSIP). Kemarin, total jenderal aset saham itu yang menjadi porsi milik Keluarga Salim naik menjadi Rp 88,98 triliun, naik 13,08% dibanding setahun lalu yang mencapai Rp 78,67 triliun.

Nah, di antara sekian taipan, nilai aset saham milik keluarga taipan Prajogo Pangestu yang naik paling tinggi. Dari kepemilikan saham di dua emiten, yakni PT Barito Pacific (BRPT) dan PT Chandra Asri Tbk (TPIA), nilai aset pemilik Grup Barito itu mencapai Rp 52 triliun, naik sekitar 477% dibanding tahun lalu yang senilai Rp 9 triliun.

Maklum, harga saham BRPT dan TPIA melejit. Kini, nilai kapitalisasi pasar saham gabungan dua emiten itu tembus Rp 102,2 triliun, naik sekitar 450% dari tahun sebelumnya yang asih di kisaran Rp 18,57 triliun.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan, bisnis konglomerasi bergantung kondisi makro. Selama 2014-2016, sektor komoditas tumbang, otomotif juga drop beberapa tahun terakhir.

Alhasil, nilai aset pengusaha yang bertumpu pada sektor komoditas maupun sektor otomotif ikut merosot. "Jadi, bukan soal strategi diversifikasi, melainkan substansinya adalah bisnis apa yang dipilih untuk diversifikasi," kata Alfred, Selasa (4/4).

Tahun ini, dunia usaha tampak lebih optimistis. Apalagi harga komoditas, seperti batubara dan minyak sawit kembali bangkit. Dus, taipan sektor ini bisa menikmati lagi masa kejayaannya.

Saat bersamaan, daya beli masyarakat juga mulai pulih. Oleh karena itu, Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere melihat, bisnis konglomerasi sektor konsumsi akan lebih atraktif.

Itu sebabnya, Nico menilai, emiten Grup Salim yang fokus di bisnis konsumer akan terpapar sentimen positif ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×