Reporter: Muhammad Musa | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi pasca libur hari buruh. IHSG melemah 1,61% atau turun sebanyak 116,77 poin ke angka 7.117,43, Kamis (2/5).
IHSG diproyeksikan berpeluang rebound dengan dengan support di level 7.072 dan resistance di angka 7.130 pada akhir perdagangan Jumat (3/5).
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, koreksi IHSG cukup agresif pada hari ini. Pelemahan IHSG dibebani oleh indeks keuangan (IDX Finance) sebesar 2,78% dan indeks transportasi (IDX Transport) sebesar 2,02%.
Menurut Herditya, pergerakan IHSG akan dipengaruhi oleh sentimen pergerakan harga komoditas dunia dan pembagian dividen dari beberapa emiten dalam jangka waktu ke depan. Selain itu, kebijakan The Fed dinilai masih higher for longer alias mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
“Sentimen dari The Fed masih akan berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG,” kata Herditya kepada Kontan, Rabu (2/5).
Baca Juga: Tengok Harga Saham BMRI, INDY, dan TKIM di Perdagangan Bursa Kamis (2/5)
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang mengatakan, pelemahan IHSG bersamaan dengan pullback dan lower shadow panjang pada saat penutupan perdagangan Kamis (2/5). Hal ini menurutnya, mengindikasikan adanya aksi beli pasca IHSG tutup gap.
Alrich memprediksi, bila IHSG bertahan di atas 7.100 terdapat peluang rebound kembali ke kisaran 7.150. dan Sebaliknya, jika breaklow 7.100, maka IHSG berpotensi kembali uji level psikologis 7.000 di Jumat (3/5).
Menurutnya, pasar masih mencoba merefleksikan keputusan the Fed Kamis dini hari (2/5) terhadap harga saham bank saat ini. Hal ini dilihat dari saham-saham bank yang mengalami sell-off signifikan di Kamis (2/5).
Selain menahan suku bunga acuan, the Fed menyatakan bahwa tidak ada rencana kenaikan suku bunga acuan di 2024. Di lain sisi, nilai tukar rupiah menguat 0.46% ke Rp 16.180 per dolar Amerika di sore hari ini (2/5).
“Selain itu, pasar mungkin merespons pernyataan the Fed tersebut sebagai indikasi bahwa the Fed akan menahan suku bunga acuan di level saat ini lebih lama,” kata Alrich kepada Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Baca Juga: IHSG Anjlok 1,61% ke 7.117 Kamis (2/5), MAPI, BMRI, BBNI Top Losers LQ45
Kemudian, CME FedWatch Tools mencatat peluang pemangkasan suku bunga acuan di September 2024 sebesar 43.9%, hampir sama dengan peluang dipertahankan sebesar 42%. Alrich menyebut, peluang terbesar adanya pemangkasan kini bergeser ke The Federal Open Market Committee (FOMC) bulan November 2024.
Sama halnya Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta melihat, pelemahan IHSG lebih dipengaruhi isu krusial yakni dinamika The Fed. The Fed sendiri diperkirakan masih belum memungkinkan untuk menerapkan kebijakan expansionary monetary policy dalam hal pemangkasan suku bunga.
Sentimen lain pelaku pasar juga tengah menantikan perilisan June dot plot,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Secara domestik, terdapat penurunan inflasi yang sesuai ekspektasi dan cenderung stabil. Kemudian, di sisi lain, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang mengalami penurunan di bawah ekspektasi. Meski mengalami penurunan, PMI manufaktur Indonesia dalam keadaan ekspansif selama 30 bulan berturut-turut.
Baca Juga: IHSG Anjlok 1,63% ke 7.116 Pada Sesi I Kamis (2/5), MAPI, BMRI, BBNI Top Losers LQ45
Nafan secara jangka panjang merekomendasikan accumulative buy pada saham ANTM dengan target harga Rp 1.675 per saham, BBCA sebesar Rp 10.000 per saham, BMRI di harga Rp 6.950 per saham, EXCL di harga Rp 2.470 per saham, HRUM di harga Rp 1.395 per saham, INCO di harga Rp 4.350 per saham, ISAT dengan harga Rp 11.350 per saham, MDKA di level harga Rp 2.720 per saham, NKCL di harga Rp 1.020 per saham, dan TOWR sebesar Rp 830 per saham, serta UNTR Rp 24.900 per saham.
Selain itu, dia merekomendasikan trading buy pada saham SMRA dengan target harga Rp 510 dan buy on weakness pada saham BBTN dengan target harga Rp 1.405 per saham.
Lalu, saham top picks menurut Alrich di Jumat (3/5) meliputi DSNG, TAPG, LSIP, ELSA, dan SMGR.
Sedangkan Herditya mencermati saham-saham berikut, meliputi ASII dengan target harga Rp 5.325–Rp 5.423, MARK berkisar di level Rp 895–Rp 910, dan DOID di harga Rp 515–Rp 525.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News