Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Jasa Marga Tbk (JSMR) masih bakal menghadapi tantangan dan peluang yang sama besarnya di sisa tahun 2025. Hal itu disebabkan oleh sejumlah aksi korporasi yang dilakukan perseroan di paruh pertama tahun ini.
Yang terbaru, Jasa Marga baru saja menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III Jasa Marga Tahap II Tahun 2025 dengan jumlah pokok Rp 1 triliun.
Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk Rivan A Purwantono mengatakan, dana dari obligasi ini akan digunakan seluruhnya oleh perseroan untuk empat hal utama.
Pertama, pembayaran penuh pokok Obligasi Berkelanjutan II Jasa Marga Tahap I Tahun 2020 Seri B.
Kedua, sebesar Rp 250 miliar akan digunakan untuk penyetoran modal kepada PT Jasamarga Japek Selatan (JJS) sebesar 250.000 lembar saham sesuai dengan nilai nominal (par value) melalui peningkatan modal.
Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) Buka Peluang untuk Investasi di Ruas Tol Milik BUMN
“JJS merupakan afiliasi dari Perseroan akibat pengendalian secara langsung oleh Perseroan, yang menjalankan kegiatan usaha Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Selatan (Jatiasih – Cipularang – Sadang),” katanya dalam Pubex Live 2025, Jumat (12/9/2025).
Ketiga, sebesar Rp 250 miliar akan digunakan untuk penyetoran modal kepada PT Jasamarga Jogja Bawen (JJB) sebesar 250.000 lembar saham sesuai dengan nilai nominal (par value) melalui peningkatan modal.
JJB merupakan afiliasi JSMR akibat pengendalian secara langsung oleh Perseroan, yang menjalankan kegiatan usaha Jalan Tol Yogyakarta – Bawen.
Sisanya, akan digunakan JSMR untuk penyetoran modal kepada PT Jasamarga Probolinggo Banyuwangi (JPB) sebanyak-banyaknya sebesar 214.000 lembar saham sesuai dengan nilai nominal (par value) melalui peningkatan modal.
JPB merupakan afiliasi JSMR akibat pengendalian secara langsung oleh Perseroan, yang menjalankan kegiatan usaha Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi.
“Penyetoran modal kepada JPB akan dilakukan oleh perseroan dengan menggunakan dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum Obligasi sebesar Rp 209,7 miliar dan sisanya akan menggunakan internal kas perseroan,” katanya.
Suntikan dana ke perusahaan afiliasi tampaknya tengah gencar dilakukan JSMR. Sepanjang Juni 2025 saja, perseroan menyuntikan dana hingga Rp 9,6 triliun dalam bentuk shareholder loan (SHL) ke perusahaan terafiliasi.
Baca Juga: Bayar Utang dan Setor Modal ke Anak Usaha, JSMR Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun
Tak hanya itu, JSMR juga masih membuka peluang untuk melakukan investasi di jalan tol yang dibangun oleh perusahaan konstruksi pelat merah alias BUMN Karya.
Bulan lalu, JSMR baru saja mengambil penuh kendali operasional PT Jasamarga Jogja Solo dari pengendali operasional mayoritas sebelumnya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Meskipun begitu, komposisi kepemilikan tidak berubah, yakni JSMR sebanyak 52,82%, sedangkan ADHI sebesar 47,18%.
Rivan mengaku, perseroan akan terus berpartisipasi dalam pembangunan jalan tol di Indonesia. Salah satu strategi Jasa Marga adalah melakukan investasi di ruas jalan tol yang terkoneksi dengan ruas tol eksisting milik perseroan. JSMR juga masih akan fokus pada jalan tol di Pulau Jawa.
JSMR memastikan bakal memilih ruas jalan tol baru yang memiliki prospek baik ke depan. Caranya, dengan melakukan studi yang diperlukan sebagai pertimbangan.
“Kami terbuka untuk melakukan investasi tol baru dengan porsi minoritas,” ujarnya.
Prospek dan Rekomendasi Saham
Lebih lanjut, JSMR juga masih melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja di sisa tahun 2025. Ini terkait hari libur yang lebih sedikit di semester II dibandingkan dengan semester I.
Meskipun hari libur lebih sedikit di semester II, tetapi lalu lintas di tol regional metropolitan masih ramai. Hal ini dikarenakan karakteristik jalan tol di wilayah regional metropolitan mayoritas merupakan trafik commuter dan akan mengalami kepadatan pada hari kerja.
“(Target) pendapatan tol diupayakan JSMR bisa tercapai dengan menjaga pemenuhan standard pelayanan minimum (SPM) serta adanya dampak penyesuaian tarif jalan tol,” katanya.
Sebagai gambaran, pendapatan JSMR turun tipis 1% ke posisi Rp 12,9 triliun, dari Rp 13,1 triliun di semester pertama 2024. Sementara itu, laba bersih JSMR turun 20,3% secara tahunan, menjadi Rp 1,87 triliun di semester I-2025.
Meskipun laba bersih menurun, tetapi JSMR mengaku laba inti mereka naik 7,1% ke Rp 1,87 trliun di periode ini. Peningkatan laba inti ini didukung oleh penurunan biaya keuangan secara konsolidasi sebesar 20,4% YoY, sebagai dampak positif dari aksi korporasi Equity Financing di PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) yang dilakukan oleh perseroan pada kuartal IV 2024.
Rivan menyebutkan, JSMR juga telah menyerap anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 4,95 triliun per semester I 2025.
“Sampai dengan semester I, serapan capex untuk pembangunan jalan tol ini sebesar Rp 4,95 triliun,” katanya. JSMR pun mengestimasikan serapan dana capex sebesar Rp 10 - 12 triliun hingga akhir tahun 2025.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata melihat, penurunan kinerja JSMR disebabkan tekanan di bisnis non-core alias bukan jalan tol, seperti segmen konstruksi dan pendapatan lain-lain. Sementara, kontribusi pendapatan tol inti masih tumbuh per Juni 2025.
Di sisi lain, penerbitan obligasi Rp 1 triliun bisa menambah beban bunga jangka pendek, tetapi mampu memberi likuiditas untuk proyek dan anak usaha Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) milik JSMR.
“Namun, dalam jangka menengah, arus kas dari ruas tol berpotensi menutup biaya bunga dan perkuat struktur keuangan,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (12/9).
Menurut Liza, kinerja JSMR di semester II 2025 bisa ditopang kenaikan trafik musiman dan penyesuaian tarif tol bertahap yang mendukung pendapatan serta margin.
Kinerja perseroan bisa semakin positif jika ada realisasi divestasi aset besar di tahun ini. Namun, keberhasilan divestasi aset memang sangat bergantung pada timing dan valuasi yang disepakati investor.
“Sementara, sentimen negatif muncul dari beban subsidi BUJT underperforming, tambahan utang, risiko penundaan penyesuaian tarif tol, dan pelemahan kondisi makroekonomi,” paparnya.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta melihat, penerbitan obligasi dan penyuntikan modal ke perusahaan afiliasi bisa menjadi salah satu upaya JSMR melakukan ekspansi bisnis.
Baca Juga: Laba Jasa Marga (JSMR) Turun pada Semester I-2025, Simak Rekomendasi Sahamnya
Penerbitan obligasi bisa meningkatkan debt to equity ratio (DER) JSMR. Namun, jika diiringi dengan peningkatan aset perusahaan, kondisinya bisa lebih baik.
Kinerja JSMR juga dilihat Nafan masih prospektif di semester II 2025 didorong peningkatan trafik, khususnya nanti di libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Divestasi aset bisa dipertimbangkan untuk meningkatkan arus kas,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (12/9).
Meskipun begitu, laju saham JSMR masih tersendat. Melansir RTI, saham JSMR turun 3,33% dalam sebulan dan turun 19,63% sejak awal tahun alias secara year to date (YTD).
“Penurunan saham JSMR terjadi lantaran masih derasnya arus dana asing yang keluar dari saham ini,” ungkapnya. Arus dana asing tercatat keluar dari JSMR sebesar Rp 16,39 miliar YTD di pasar reguler.
Baik Nafan maupun Liza belum memberikan rekomendasi untuk JSMR. Nafan menyarankan agar investor menunggu hingga arus dana asing masuk kembali ke JSMR.
Sementara, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham JSMR ada di level support Rp 3.250 per saham dan resistance Rp 3.500 per saham.
Herditya pun merekomendasikan buy on weakness untuk JSMR dengan target harga Rp 3.550 - Rp 3.650 per saham.
Selanjutnya: Kinerja Fundamental Solid, Saham Bank Neo Commerce (BBYB) Semakin Menarik
Menarik Dibaca: Begini Cara Praktis Menjaga Kelembapan Kulit Sehari-hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News