kontan.co.id
banner langganan top
Sabtu, 12 April 2025 | : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.889.000   43.000   2,33%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%
  • EMAS 1.889.000   43.000   2,33%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%
  • EMAS 1.889.000   43.000   2,33%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%

IHSG Ambrol Lagi, Ini Alasan Investor Asing Hengkang dari Pasar Modal Indonesia


Rabu, 05 Maret 2025 / 05:35 WIB
IHSG Ambrol Lagi, Ini Alasan Investor Asing Hengkang dari Pasar Modal Indonesia
ILUSTRASI. IHSG kembali tersungkur ke zona merah. IHSG anjlok 2,14% atau turun 129,25 pada akhir perdagangan Selasa (4/3). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/04/03/2025


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tersungkur ke zona merah. IHSG anjlok 2,14% atau turun 129,25 pada akhir perdagangan Selasa (4/3). 

Dalam satu hari perdagangan, investor asing mencatatkan net buy Rp 593,91 miliar. Namun sepanjang tahun berjalan ini, asing masih membukukan net sell Rp 21,44 triliun. 

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mencermati ada beberapa sentimen yang menjadi penekan bagi pergerakan saham ekuitas Tanah Air.

Baca Juga: Tergelincir 2,14% ke Level 6.380, Cermati Proyeksi IHSG pada Perdagangan Rabu (5/3)

Yakni, gaya kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Ditambah lagi, kata Budi, tekanan juga datang dari keputusan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat indeks MSCI Indonesia. 

"Tekanan juga datang karena re-alokasi anggaran untuk Makan Bergizi Gratis dan BPI Danantara yang tidak memihak makro ekonomi serta UMKM," katanya kepada Kontan, Selasa (4/3).

Budi bilang investor asing juga mencermati daya beli masyarakat yang turun serta terjadinya penurunan kelas ekonomi, di mana banyak masyarakat kelas menengah yang turun kelas. 

Faktor lainnya datang dari banyak relokasi pabrik milik perusahaan asing ke negara-negara lain, yang menyebabkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penyebab PHK lainnya. 

"Indeks merupakan indikator pasar keuangan biasanya mengikuti sektor riil. Di mana, gemuknya kabinet, maraknya korupsi dan prospek industri sektor riil masih akan besar," ucap Budi. 

Executive Director JP Morgan Indonesia Henry Wibowo menilai, aspek likuiditas di pasar modal Indonesia masih kurang sebab salah satu kriteria untuk bisa menambah bobot. 

Baca Juga: IHSG Ambruk Bersama Nikkei225 dan Bursa Asia Lainnya, Ini Penyebabnya!

"Untuk Indonesia bisa memenangkan indeks global ada tiga aspek, yaitu kapitalisasi pasar, likuiditas dan free float. Tapi menurut saya salah satu yang penting ialah likuiditas," tuturnya belum lama ini. 

Henry mencermati, sudah banyak inisiatif yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendorong dan menaikkan likuiditas pasar. 

Meski begitu, dia menilai masih banyak ruang bagi otoritas bursa untuk meningkatkan likuiditas di pasar. Pasalnya, dari 900 saham yang tercatat di BEI hanya puluhan saham yang aktif ditransaksikan. 

"Setiap hari yang transaksinya di atas US$ 10 juta, bisa dihitung jari dan itu biasanya saham perbankan, Astra, beberapa konsumer dan GOTO sisanya rata-rata semua di bawah US$ 10 juta," ucap Henry. 

Dia bilang bahkan banyak saham yang transaksinya di bawah US$ 5 juta. Memang, bagi investor ritel angka atau besaran likuiditas tersebut sudah lebih cukup, tetapi tidak bagi investor institusi. 

Baca Juga: Cermati Top Gainers LQ45 saat IHSG Anjlok pada Selasa (4/3), Ada ASII, BBCA, dan AMRT

Henry bilang biasanya institusi besar, yang dana kelolaan mencapai US$ 1 miliar bahkan ada yang sampai US$ 100 miliar, ketika mereka mau mengambil posisi bisa menggelontorkan US$ 50 juta-US$ 100 juta. 

"Bayangkan kalau mereka mau beli saham yang likuiditasnya cuma US$ 1 juta, ketika mau pasang posisi US$ 50 juta artinya mereka harus 50 hari membeli satu saham," jelasnya.

Untuk itu, Henry menyarankan bagi otoritas bursa Indonesia agar memberikan insentif atau setidaknya ada dorongan yang lebih untuk menaikkan likuiditas transaksi karena ini akan berdampak banyak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×